Translator: Kujou
Editor: Rion
Prolog
"Hey, jangan lihat ke sini. Aku sedang mengenakan pakaian"
"Ah..."
Minato berbalik menjauh dari Hazuki yang ada di atas tempat tidur.
Namun, Minato tidak bisa menahan diri untuk sekilas memandang Hazuki dengan mata sayu.
Mengalihkan pandangan sepenuhnya adalah hal yang mustahil.
"Hmm, bra-ku terasa ketat lagi..."
Hazuki mengeluh saat dia mengenakan bra hitam dan mengaitkan kaitnya dengan cepat.
Memang, payudaranya yang berlimpah tampak seolah-olah bisa tumpah kapan saja.
"Hazuki, awalnya kamu memakai bra ukuran F, kan? Apa punyamu semakin besar?"
"Aku tak tahu... Sebenarnya, aku tak benar-benar ingin dada ku jadi semakin besar. Lagipula hei! kamu masih mengintip, kan?" seru Hazuki.
"Eh, maaf. Tapi sekarang sudah terlambat untuk malu-malu, bukan?"
"Itu berbeda saat kamu mengintipku mengganti pakaian! Minato, kamu tidak memahami perasaan seorang gadis! Oh, dan di mana blus dan rok-ku? Kenapa mereka tidak ada di sini.”
"Hah? Oh, mereka ada di sana, terbang begitu jauh," jawab Minato.
"Mereka terbang? Bukan, kamulah yang melemparnya!!!"
"Mungkin... Aku tidak ingat,"
Minato menggelengkan kepala. Bagaimanapun juga, dia selalu bersemangat ketika melepaskan pakaian Hazuki.
Jadi mungkin Minato menggunakan terlalu banyak tenaga waktu itu.
Tidak peduli berapa kali Minato melihatnya, tubuh Hazuki terlalu memikat, membuat Minato selalu terpesona.
Minato turun dari tempat tidur dan mengambil blus dan rok yang jatuh di pinggir ruangan.
Minato berbalik dan melihat Hazuki yang ada di atas tempat tidur.
"Hmm?"
Hazuki terlihat bingung, dia memiringkan kepala.
Tampaknya Hazuki curiga saat Minato tiba-tiba berhenti bergerak ketika berbalik.
Minato menelan ludah dengan gugup. Rambut panjang Hazuki yang berwarna seperti teh susu agak berantakan dan bahu putihnya terbuka.
Hazuki memakai bra hitam, celana dalam dengan warna yang sama, dan kaus kaki hitam pendek.
Hazuki yang duduk di atas tempat tidur dengan penampilan seperti itu begitu menggoda.
Keinginan yang baru saja Minato keluarkan beberapa waktu yang lalu, kini kembali memuncak. Cukup kuat untuk membangkitkan gairahnya kembali.
"Um, Hazuki..."
"T-Tunggu, kamu terlalu dekat!"
Minato berlutut di atas tempat tidur, menggenggam bahu Hazuki, dan mendekatkan wajah.
"Sekali lagi... bolehkah?"
"...Cukup,"
Pipi Hazuki memerah dan Minato dengan ringan menyatukan bibir Hazuki dengan bibirnya.
"Sekali lagi..."
"Ya, aku tahu"
"Tapi jangan lupa, aku bukanlah pacarmu, aku hanya temanmu."
Minato memeluk Hazuki dan menekannya ke tempat tidur.
Hazuki terbaring di sana, membiarkan itu terjadi, memerah dan memalingkan wajahnya.
"Kita hanya teman, ingatlah itu."
Post a Comment