Translator: Kujou
Editor: Qirin.
Chapter 7 - Aku Mencoba Berciuman Dengan Temanku Saat Sedang Bermain
Ujian Tengah Semester telah berakhir tanpa adanya masalah.
Meskipun hasil dari ujian belum dibagikan, namun yang sudah dapat di pastikan bahwa ujian sudah berakhir.
“Haah... kuenya enak sekali!”
Kata Hazuki sambil menikmati kue-kue tersebut.
“...Hazuki, apakah kamu tidak makan terlalu banyak, ya?”
“Hanya dengan melihatnya saja aku sudah merasa bahwa perutku ingin meledak...”
Kata Serina dengan tatapan heran.
Melihat Hazuki yang begitu bersemangat, Minato dan Serina melihatnya dengan tatapan yang sedikit terkejut.
Mereka saat ini berada di sebuah toko kue di salah satu sudut dari sebuah pusat perbelanjaan besar.
Di dalam toko ini, mereka dapat menikmati Kue Buffet.
“Mont Blanc, Cheesecake, Tart Stroberi, Opera, Mille Crepe, dan ada lagi Mont Blanc tambahan... apa tidak terlalu banyak?”
“Katanya, makanan manis punya tempat tersendiri di dalam perut?”
“Tempat tersendiri Aoi-san sepertinya berada di dimensi yang berbeda.”
Minato memilih Cheesecake dan Chocolate Cake.
Sementara itu, Serina hanya memakan setengah porsi Strawberry Shortcake dan Matcha Cake.
“Aku lapar karena dari tadi kita terus-terusan bernyanyi di karaoke.”
“Iya, hampir dari awal sampai akhir Hazuki lah yang bernyanyi, kan?”
Hari ini adalah hari terakhir Ujian Tengah Semester, dan waktu sekolah telah selesai di pagi hari.
Teman-teman Hazuki memutuskan untuk merayakan berakhirnya Ujian Tengah Semester dengan mengadakan acara karaoke bersama teman-teman sekelas.
Dengan menyewa ruang karaoke selama dua jam, Minato berpikir bahwa sekitar setengah dari waktu itu digunakan oleh Hazuki untuk bernyanyi.
“Meskipun begitu, setidaknya semua orang ingin mendengar Serina-san bernyanyi, kan?”
“Aku memang tidak terlalu mahir bernyanyi... dan tampil di depan banyak orang, rasanya sulit bagiku.”
“Jangan terlalu merendahkan diri. Aku pernah mendengar Ruka bernyanyi di acara musik saat masih SMP dulu, suaranya benar-benar bagus, itu sudah seperti malaikat malaikat.”
“Mungkin aku bisa memainkan piano, tapi aku tidak bagus dalam bernyanyi.”
Meskipun Serina merendahkan diri, jelas bahwa dia memiliki bakat dalam bernyanyi.
[ED/N: sepuh lagi merendah.]
Suaranya yang jernih seperti suara malaikat membuat Minato pun ingin mendengarnya sekali lagi.
“Ngomong-ngomong, apakah kita berdua membuat keputusan yang tepat, berpisah dengan kelompok tadi? Teman-teman sekelas kita pindah ke tempat Spotti, kan?”
Setelah keluar dari ruang karaoke, Minato dan Serina berpisah dengan kelompok mereka di tengah perjalanan .
“Apakah Minato dan Serina awalnya berencana keluar sebentar untuk karaoke saja? Jika begitu, tentu aku ikut juga.”
“Ya, memang sih, aku sudah kehabisan tenaga karena karaoke. Tapi... apakah ini keputusan yang tepat?”
“Iya, iya, semuanya sedang semangat saat itu, jadi mereka mungkin tidak akan menyadari jika ada beberapa orang yang pergi.”
“Itu mungkin saja, tapi...,”
Minato masih ragu. Meskipun begitu, kepergian Hazuki, sebagai pemimpin kelompok yang berisikan orang-orang populer, dan Serina yang juga tidak kalah populer dengan mereka, pasti akan disadari oleh banyak orang dan akan ada banyak orang yang merasa kecewa.
“Oh, ada telepon masuk. Maaf, sebentar ya,”
kata Hazuki sambil berdiri dan keluar dari toko.
“........”
Tanpa Hazuki, percakapan Minato dan Serina menjadi canggung.
Mereka masih ingat peristiwa ketika Serina membuka bajunya baru-baru ini. Lagipula, mereka berdua masih belum lama menjadi teman.
“Eh, ngomong-ngomong, apakah Hazuki berhasil dalam ujiannya? Suasana tadi begitu ramai sehingga aku tidak sempat untuk bertanya”
“Oh, ya... Aoi-san dibantu belajar oleh Minato-kun kan? Jadi, aku pikir pasti Aoi-san dapat berhasil dalam ujian kali ini.”
Minato sebenarnya ingin menegur tentang tingkat kepercayaan Serina yang sangat besar padanya.
Dibandingkan dengan Serina, Minato tahu bahwa prestasinya jauh di bawahnya.
“Sebenarnya, aku berharap bahwa Serina-san juga bisa membantuku untuk belajar. Tapi ya, ada batasan jam malam untukmu, jadi akan sulit untuk belajar di luar sebelum ujian.”
“Eh?” Serina terlihat terkejut sambil memegang cangkir teh merahnya.
“Eh?” balas Minato bingung.
Serina terkejut karena Minato menyebutkan batasan jam malam, padahal sebelumnya, Hazuki telah mengatakan bahwa mereka pernah belajar bersama teman-temannya.
“Memang harus mematuhi batasan jam malam, tapi menurutku, tidak masalah jika belajar bersama teman-teman. Sebelumnya, aku juga pernah belajar bersama Aoi-san.”
Serina mencoba memperjelas.
“Ahh, begitu ya.”
Minato merasa ada yang aneh dengan ketidak sesuaian informasi yang baru ia dengar.
Tidak lama kemudian, Hazuki kembali dan suasana menjadi lebih nyaman.
Minato juga sudah sepenuhnya lupa, tetapi sepertinya sebelum Hazuki mengajaknya bicara tentang waktu musim panas, Hazuki telah mengetahui keberadaan Minato.
“Tapi, aku bukan tipe orang yang bisa mengajar orang lain, jadi... Sepertinya keputusan kalian berdua untuk belajar bersama adalah yang terbaik. Aku khawatir bisa mengganggu, jadi mungkin lebih baik aku tidak ikut.”
“Tidak, aku tidak berpikir itu akan mengganggu”
“Maaf, maaf, aku tiba-tiba pergi dan membuat kalian kesal.”
“Tentu saja” jawab Minato dan Serina setelah Hazuki kembali.
Teman-teman mereka mungkin berpikir Hazuki akan bergabung nanti.
“Tapi, tadi aku sudah bilang mereka tidak masalah dengan itu. Setelah mendengarkan suara indahku, mereka pasti puas” kata Hazuki dengan percaya diri.
“Kamu punya kepercayaan diri yang sangat tinggi ya, Ratu Para Gadis”
Memang, dengan tampilan panggung yang luar biasa di karaoke tadi, sepertinya sudah cukup memuaskan bagi teman-teman sekelas.
“Oke, jadi, apa rencananya selanjutnya? Mau makan pizza atau... makan daging panggang?”
“Setelah makan kue sebanyak itu, kamu masih bisa membicarakan makan malam...”
“Tapi, apa yang akan kita lakukan? Kalau memikirkan batas jam malam untuk Ruka, kita harus segera memilih restoran”
“Ya, benar juga”
“Hari ini ujian baru saja selesai, jadi aku bisa meminta perpanjangan batas jam malam selama satu jam. Jadi... bagaimana kalau kita makan di rumah Aoi-san?”
“Hmm.. baiklah, Jika kita masuk ke restoran, kita tak akan tahu berapa lama waktu yang akan kita habiskan”
“Kalau kita bertiga masih berada di sekitar sini, kita mungkin akan bertemu dengan teman-teman sekelas kita”
Kelompok ini terdiri dari 3 orang Hazuki, Serina, dan Minato, dan jika ketahuan teman sekelas mereka pasti mereka akan dicurigai.
“Tapi, Ruka, Kalau di rumahku, mungkin kita hanya makan makanan instan.”
“kalau tidak keberatan, aku bisa membuatkan makanan untuk kalian.” kata Serina dengan ragu.
“Eh?!”
◇◇◇
“Ah, tapi jangan terlalu berharap ya. Masakanku rasanya hanay biasa-biasa saja kok, jadi nanti jangan terlalu banyal berharap.”
kata Serina sambil merasa malu di dapur rumah Hazuki.
Serina mengikat rambut hitam panjangnya menjadi kuncir kuda, membuka blazer seragam sekolahnya dan mengenakan kemeja putih di bawah apron berwarna pink.
“Wow, ada orang yang memasak di rumahku...” kata Hazuki.
“Dan itu gadis SMA yang mengenakan apron...” kata Minato.
“Agak... menggoda...” kata Hazuki.
“Ya, agak... menggoda ya...” tambah Minato.
“Kalian dengar kan, apa yang kukatakan tadi!”
Serina berbalik dan tersenyum malu-malu.
Minato dan Hazuki duduk di sofa di ruang tamu dengan pemandangan yang mengesankan dari dapur.
Setelah berbelanja di supermarket saat pulang, Serina segera mulai memasak begitu tiba di rumah Hazuki.
Dari sudut pandangan Minato, Serina sangat terampil dalam memasak.
Dia dengan lihai memotong bawang bombai dengan suara taktaktaktak.
“Tapi, apakah kami benar-benar tidak perlu membantu apa-apa?”
“Tidak apa-apa, serahkan saja semuanya padaku”
Serina berpaling lagi dan kali ini tersenyum manis.
“Kalian berdua, santai saja di sini. Aku akan bisa lebih fokus saat memasak sendiri, jadi akan lebih mudah bagiku.”
“Oh, begitu ya. Kalau begitu, kami hanya bisa mengandalkanmu.”
Mendapatkan hidangan buatan tangan teman perempuan begitu menyenangkan dan lagi, dari seorang gadis cantik dan rapi seperti Serina...
“Ugh aku iri, Ruka sudah Cantik, pintar, dan mahir masak, kau terlalu sempurna!”
“Kamu iri ya. Tapi kamu juga harus bisa memasak sendiri.”
“Hmm, mungkin kita tak perlu memaksakan diri. Saat ini ada banyak layanan pengantaran makanan. Memang, kadang-kadang ingin mencoba makanan buatan sendiri”
Minato dan Hazuki tinggal dengan ayah dan ibu masing-masing selama beberapa tahun terakhir, jadi mereka lebih sering makan sendiri.
Keduanya sudah sangat rindu akan makanan rumahan.
“Jika kita harus belajar memasak, itu seharusnya aku yang melakukannya.”
“Kenapa? Aku kan perempuan!”
“Aku tidak memiliki pandangan lama yang mendelegasikan pekerjaan masak ke perempuan, aku tidak percaya pada stereotip seperti itu.”
“Kamu mengatakan hal bijak. Tapi aku ingin merasa lebih seperti seorang perempuan dengan bisa memasak!”
“Meskipun kau bilang begitu, sepertinya kau tidak pernah belajar masak.”
Setelah pertengkaran bodoh itu.
Minato juga sebenarnya tidak benar-benar mengharapkan kemampuan memasak dari Hazuki.
“...Tapi sungguh, Serina-san benar-benar fokus ya.”
“Ruka, kadang-kadang saat dia terlalu fokus pada hal yang dia kerjakan Ruka tidak akan memperhatikan hal-hal di sekitarnya.”
“Memang agak aneh ya...”
“Karena dia agak aneh, apakah dia menunjukkan payudaranya kepada Minato yang baru dikenal?”
“...Kamu serius menyimpan dendam untuk itu?”
“Mengapa aku harus menyimpan dendam? Aku hanya seorang teman.”
“...Ya, kita hanya teman.”
Ketika Minato mengangguk, Hazuki menjadi diam dan memandang ke arah Serina dengan cepat.
“Karena kita teman. Ini bukan permintaan atau apapun, ini seperti salam antara teman.” ucap Hazuki sambil memberikan ciuman ringan.
Sebenarnya, sejak ciuman pertama mereka sebelumnya, Minato dan Hazuki lebih sering saling berncium selama waktu belajar bersama.
“Jika ini terbongkar, sungguh aku merasa bersalah pada Ruka... chuu, chuu...”
Meskipun terlihat malu, Hazuki tetap mencium Minato.
Minato juga memeluk pinggang ramping Hazuki yang duduk di sampingnya dan mereka saling mencium.
“Unn... mmm... unn, chuu... ♡ Minato, ini tidak baik... Ruka sedang memasak untuk kita, tapi kita... seperti ini...”
“Tapi yang memulai duluan adalah Hazuki. Tapi, hanya sedikit saja kok...”
Mereka melirik ke arah dapur, di mana Serina masih sibuk memotong-motong sayuran.
Berdasarkan bahan-bahan yang dibeli, tampaknya serina akan memasak suatu menu masakan yang berkuah.
Saat musim gugur semakin mendalam, hidangan berkuah yang hangat tentu tidak buruk.
“Boleh kuremas payudaramu...?”
“Chuu... sebentar saja tapi.... oke.”
Hazuki membuka bagian depan blus putihnya, memperlihatkan bra berwarna pink yang cantik.
Minato menggeser bra pink tersebut, dan dua buah payudara yang besar dan bersemangat melompat keluar.
“Jangan, jangan langsung meremasnya... mmm... ♡”
“Payudaramu sangat lembut dan hangat.... Ukurannya sekitar berapa?”
“F”
“F!?!”
Minato terkejut mendengar ukuran tersebut lebih dari apa yang ia duga.
Itu sebesar ukuran Gravure Idol.
“Aku memiliki kesempatan untuk memijat F-cup setiap saat, benar-benar sebuah keruntungan...”
“Tapi aku tidak berkata bahwa kau bisa melakukannya kapan saja... Hmmm ahhmm... Baiklah, selama kamu memintanya dengan baik.... ahhggg”
Minato terus meremas dan memutar payudara F-cup milik Hazuki dengan tanganya.
“Ada apa dengan percakapan bodoh ini... mmm... sedikit lebih lembut, ya, hari ini?”
“Ya... Selama beberapa hari terakhir, kita hanya berkonsentrasi pada belajar untuk ujian, bukan? Mmm... apakah tidak cukup, kalaou sebagai teman saja?”
“Hm... mungkin lebih terangsang ketika ada orang lain selain kita berdua...”
“Kamu seorang pervert, Minato... mmm... ♡”
Meskipun Hazuki mengomel pada Minato, dia tetap menciumnya dengan penuh gairah.
“Dan... beberapa hari terakhir, kita hanya saling mencium tanpa melakukan apa-apa, bukan? Mmm... sebagai teman, ini sudah cukup... hauunn ♡”
“Aku benar-benar terangsang... payudara Hazuki sangat lembut...”
“Aah... cepat hentikan ini atau Ruka akan mengetahuinya...”
Hazuki menatap Minato dengan penuh arti.
Hazuki sepertinya ingin mengatakan bahwa dia akan lebih banyak ‘bermain’ dengan Minato hari ini.
“Kalau begitu... bisakah kita kembali ke ‘permainan’ awal yaitu menunjukkan celana dalammu?”
“Apa, apa awalnya, sudah...!”
Bahkan saat dia mengatakan itu, Hazuki perlahan-lahan mengangkat roknya.
Celana merah muda yang lucu mengintip dari balik rok yang sedikit terangkat.
“Oh, apakah hari ini berwarna pink?”
“Kadang-kadang, agak memalukan untuk melakukan ini...”
Mungkin Hazuki senang dipuji karena celana dalamnya yang lucu, dan sambil sedikit menyeringai, minato terus mengintip celana dalamnya dari balik roknya.
“Kamu tidak akan melakukan hal yang lebih gila, kan...?”
Minato mendekatkan wajahnya pada tubuh bagian bawah Hazuki dan menatap celana dalam pinknya yang lucu.
“Ini sudah lama, tapi seberapa besar kau menyukai celana dalamku... kamu emang orang yang mesum♡. Yah... Aku senang kalau kamu senang, tapi... Hmmm, tatapanmu terlalu nakal♡”
Hazuki menarik roknya ke belakang, memperlihatkan celana dalamnya.
Gadis yang paling cantik di kelas dengan berani memamerkan apa yang ada di balik roknya.... Sebagai hak istimewa seorang teman, itu mungkin terlalu berlebihan.
“Wah, ini gawat...”
“Apa yang salah?”
“tidak......”
Minato ragu-ragu. Hazuki begitu berani sehingga dia melakukan apapun yang Minato minta.
Jika seperti ini terus...
“Aku ingin tahu apakah aku perlu mempersiapkan... Tidak, serius, ini bukan apa-apa!”
“Minato, apa kau merencanakan sesuatu?”
Hazuki memelototi Minato dengan tatapan penasaran, tapi sepertinya tidak mengejarnya terlalu jauh.
Namun, itu perlu untuk “dipersiapkan”.
Sepertinya itu bukan masalah besar, itu adalah sesuatu yang bisa dilakukan dengan pergi ke minimarket, tapi sulit untuk mengatakannya pada Hazuki.
“Nah, yang lebih penting lagi, Hazuki. Bolehkah aku meremas payudaramu lagi...?”
“Jangan tanyakan hal yang bodoh. Itu semua boleh-boleh saja... Tapi, ini hanya untuk hari ini, karena kau telah membantuku belajar untuk persiapan ujian, jadi aku hanya memberimu imbalan, kan? Aku tidak akan melakukannya setiap hari...”
Jika tidak setiap hari, mungkin ini adalah yang kedua atau ketiga kalinya. Minato merasakan kesenangan dan antisipasi yang meningkat ....
“Um, aku sudah selesai…. Memotong semua bahan-bahanya…”
““............!!””
Minato dan Hazuki membeku saat mendengar suara yang tiba-tiba itu.
Tidak...., meskipun sudah diprediksi bahwa ini akan terjadi, apa yang membuat mereka berdua bersemangat?
Serina dengan celemek berdiri di dekat sofa, wajahnya merah padam.
“Kalian berdua!!....apa kalian sedang memamerkannya padaku?”
“Oh, kamu salah paham, Ruka! Aku tidak punya hobi seperti itu!”
“Jangan mengatakannya seolah-olah itu aku.”
“Tidak, tidak, aku minta maaf. Namun, agak mengecewakan bahwa kalian berdua meninggalkanku sendirian.”
“......Uh, uhm, Serina-san, bisakah kamu menunjukkan payudaramu juga?”
“Minato, apa yang kamu bicarakan!?”
“Mmm, apa tidak apa-apa hanya dengan payudara...?”
“Hah? Ruka apa yang kamu katakan...?”
Serina duduk di sofa sambil tersipu malu.
“Aku juga... Um, ini...Haruskah aku tunjukkan?”
“......beneran?”
“Eh, ya... um, dadaku... celana dalamku... Aku bisa menunjukkannya pada Minato-kun...”
Minato tidak bisa mempercayai telinganya.
Serina yang belum lama berteman dengan Minato, sekarang dia akan menunjukan payudara dan celana dalamnya.
Impian anak laki-laki yang konyol telah terwujud di depan Minato.
“Kita kan berteman, jadi tidak apa-apa.”
“............”
Minato memintanya sendiri, tapi Minato tidak tahu definisi sebuah teman dari sudut pandang Serina. Namun, tidak ada alasan untuk menolaknya.
“Kalau begitu, Serina-san... Maafkan aku, tapi bisakah kamu menunjukkannya padaku sedikit saja?”
“Y-ya... sebanyak yang kamu mau tentang payudaraku...”
“Mmm, apa yang terjadi... Yah, yah, tidak apa-apa. Minato dan Ruka adalah teman juga.”
Serina mengangkat rok panjangnya dan menunjukkan celana dalam putihnya yang rapi.
Minato menelan ludah dengan keras.
Dibalik celemek Serina, ada payudara yang cukup besar, meskipun tidak sebesar milik Hazuki.
“Kamu bisa meremas payudaraku dan melihat celana dalamku sebanyak yang kamu suka.”
“Hei, aku dan Ruka, celana dalam mana yang kamu pilih?... kamu bisa melihatnya sesukamu♡”
“Umm... jika kamu ingin melihat payudaraku, silakan saja...♡”
“Oh, ya”
Hazuki yang berambut coklat dan Serina yang berambut hitam adalah tipe yang berbeda, tetapi gadis-gadis ini berbaris dan menunjukan bagian dalam rok mereka.
Terlebih lagi, Hazuki yang sedang telanjang dada, memamerkan dadanya yang berukuran F-cup didepan Minato.
“Hei, yang ini juga... silakan...♡”
Seolah-olah ingin memamerkannya pada Minato, payudara Serina bergoyang perlahan.
“Ha, ini memalukan... tapi kalau itu Minato-kun, maka tidak apa-apa...”
Serina juga menjulurkan dadanya ke depan seolah bersaing dengan Hazuki.
Payudaranya dibungkus dengan bra putih yang lebih kecil daripada milik Hazuki, tetapi dengan belahan dada yang ketat, dan celana dalam berwarna putih yang sama.
Dada kiri Hazuki dan dada kanan Serina saling bertabrakan, dan mereka hancur.
“Ya Tuhan, payudara kalian berdua terlalu erotis...”
“Bah, itu adalah kesan yang bodoh.”
Payudara F-cup dengan tampilan penuh dan bra putih, kelembutan dan elastisitas payudara yang montok.
Di depan Minato, terpampang dua payudara teman wanitanya
Selain itu, roknya dinaikkan untuk memperlihatkan celana dalam mereka.
Minato tidak pernah membayangkan bahwa akan tiba saatnya ia akan melihat pemandangan seperti itu.
“I-ini memalukan karena hanya aku yang membusungkan dada! Ruka harus melakukan lebih banyak ‘permainan’!”
“Kyaa, ah, Aoi-san...!”
“............!”
Tepat ketika minato memikirkan itu, mereka berdua mulai saling menggoda satu sama lain...
Tangan Hazuki meraih bra Serina dan menariknya ke bawah.
Salah satu bra serina terlepas dari tempatnya, dan terlihatlah sebuah puting merah muda yang kecil, lucu, dan imut....
“Wow, itu benar-benar pink! Lihat, Minato sedang melihat tanpa berkedip!”
“Wow, maafkan aku, Serina-san...”
“Sambil mengatakan sesuatu seperti itu, kamu tidak pernah berkedip melihat dadanya.... dasar kamu ini!!!”
“A-apa-apa... itu benar, itu tidak adil yang menunjukkan hanya Aoi-san...”
“Tidak adil!?”
Hazuki membelalakkan matanya karena terkejut mendengar ucapan Serina.
Seolah-olah dia sudah lama ingin menunjukkan putingnya juga.
“A-aku juga... Aku ingin berteman lebih baik dengan Minato-kun... dan Aoi-san...”
“Jadi aku tidak tahu kenapa kamu ingin menunjukkan payudaramu padaku, tetapi... Minato adalah satu-satunya yang mendapatkan keuntungan!”
“Kyaa, Aoi-san, jika kamu ingin menunjukkannya padaku, aku akan melakukannya sendiri...!”
Seolah-olah Hazuki dan Serina sedang bertengkar di sofa.
Dua gadis yang luar biasa cantik, dengan dada terbuka, sedang bermain-main sambil memperlihatkan celana dalam mereka dari ujung rok yang acak-acakan.
Minato dengan putus asa harus mengerahkan pikirannya dan menekan keinginan untuk menyerang mereka berdua.
Post a Comment