NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Higehiro : Airi Gotou - Volume 2 - Chapter 2 [IND]

 



Translator : Konotede

Editor : Konotede


Chapter 2 : Perasaan  Tidak Nyaman


Terlepas dari kembalinya Sayu yang tiba-tiba, kehidupan juga berlanjut seperti biasa.

Aku juga cukup penasaran dengan masa depan Sayu, tapi ketika aku mulai berangkat kerja, otakku penuh dengan kerjaan di hari itu, dan setelah semuanya selesai...

Aku memikirkan tentang Gotou-san.

Seperti yang dia duga, Sayu kembali ke Tokyo. Tapi sejujurnya, menurutku tidak ada yang akan berubah antara dia dan Gotou-san.

Namun, aku merasa tidak nyaman menyimpan berita bahwa Sayu sebenarnya datang ke Tokyo, jadi aku ingin memberitahunya secepatnya kepada Gotou-san.

Aku memasuki kantor dan menyapanya dengan Selamat Pagi seperti biasa. Dengan sedikit gugup, aku mencoba melirik ke arah meja Gotou-san dan mata kami bertemu.

Aku segera memalingkan wajahku dari Gotou-san. Biasanya dia akan tersenyum ringan dan melambaikan tangan atau membalas sapaanku, tapi tampaknya terlihat sikap acuh tak acuh dalam dirinya.

"...?"

Rasanya masih terlalu dini untuk mengatakan kalau aku sedang dihindari, tapi aku merasakan perasaan aneh sedang menusuk dadaku.

Walau begitu, prioritas ku hari ini adalah bekerja . Sekarang, aku harus mengerjakan kerjaanku sendiri dan kerjaan yang dipimpin oleh Mishima, Aku harus efisien selama hari kerja. jika tidak, Aku kemungkinan akan lembur nanti.

Setelah menarik napas dalam-dalam seolah mencoba mengubah pikiran, aku menuju ke mejaku dan menyalakan komputerku. Rutinitas awalku adalah menunggu komputer menyala dan membaca keluaran analog. Dengan kata lain, kertas dan dokumen.

"Met pagi!"

Mishima datang ke kantor beberapa menit kemudian.

"Ah, Misima. Bisakah aku minta waktumu sebentar?"

"Ya?"

"Ah, tidak apa-apa. Aku yang kesana saja."

Aku menghentikan Mishima, yang mencoba datang ke mejaku tanpa menaruh barang bawaannya terlebih dahulu. Setelah itu, aku menuju ke mejanya dengan membawa materi di tangan.

"Aku sedang mengerjakan ini, apakah kamu bisa menundanya sehari lebih lambat dari yang direncanakan? Maaf, tetapi ada beberapa pekerjaan yang tidak terjadwal di kerjaanku dan aku harus menyelesaikannya lebih dulu."

"Ah Klien Yoshida-san sepertinya cukup banyak menuntut, ya?"

Mishima terlihat sedikit mengeluh dan dia menyalakan komputernya.

"Tunggu bentar, aku mau buka lembarannya sambil mencoba memeriksanya." 

"Ah, tolonglah."

Saat aku melihat Mishima dengan cepat mengeluarkan barang-barangnya dan menunggu komputernya menyala, aku merasa dia telah menjadi karyawan yang jauh lebih dapat diandalkan dibandingkan saat pertama kali dia datang ke perusahaan ini.


Faktanya, hal itu membuatku sedikit bernostalgia dengan keadaannya saat pertama kali bekerja, yaitu ketika dia memfokuskan seluruh energinya pada Mengambil jalan pintas.

Tiba-tiba, aku merasakan seseorang sedang menatapku.

Saat aku menoleh, aku melihat Gotou-san yang sedang memalingkan muka dariku.

Gotou-san menatap monitor sambil menggerakkan mouse seolah-olah dia tidak sedang melihat ke arah kami.

"Ah, Awalnya aku merencanakannya dengan selisih dua atau tiga hari, jadi aku sendiri yang melupakannya. Tapi tidak apa-apa!"

"..."

"Yoshida-san?"

"Ya? Ah..."

"Mou, malah nggak dengerin. tidak apa-apa kok kalau telat satu hari saja!"

"Ah, maaf. Aku lagi sedikit bingung. Soal tadi, makasih ya."

Melihatku mengangguk dengan tergesa-gesa, Mishima langsung melirikku, lalu melirik ke arah Gotou-san.

Dan kemudian dia mengatakan sesuatu kepadaku dengan suara kecil.

"Apa-apaan itu? Apakah kamu lagi capek?"

"Hah? Apa sih?"

"Maksudku dengan Gotou-san...! Yoshida-san yang kaget banget sejak pagi tadi pasti ada hubungannya dengan orang itu, kan?"

"Eh? Enggak. Nggak ada apa-apa kok."

"Hmmm...."

Mishima masih mengalihkan pandangannya yang penuh tanda tanya ke arahku, kemudian dia menarik napas, lalu mengerutkan bibirnya.

"Oke, aku harap semua baik-baik saja. Tapi ingat ya, fokuslah saat kerja."

"Aku tidak pernah menyangka aku akan mendapatkan perhatian seperti itu dari Mishima."

"Hehehe, apa ini semua berkat senpai galak?"

Mishima berkata sambil tersenyum dan berbalik menghadap mejanya.

Sambil menghela nafas, aku juga kembali ke mejaku.

Akan sangat menyedihkan jika kouhai-ku memperingatkanku tentang hal itu. Meskipun aku sedang khawatir tentang Gotou-san, aku berubah pikiran untuk berkonsentrasi pada pekerjaan untuk saat ini.

"Apa kamu lagi marah?"

Saat aku kembali ke mejaku, Hashimoto yang sudah sampai di tempat kerja berkata dengan suara menjengkelkan.

"Kau berisik!"

"Apakah terjadi sesuatu dengan Gotou-san?"

"...! Kalian semua kenapa sih?"

"Mau bagaimana lagi, kan? Kalian mudah ditebak."

"Gak ada apa-apa kok!"

"Kau kenapa?"

"Yosh, kerja-kerja."

Saat aku menyuruhnya berhenti bicara, Hashimoto mengangkat bahu dan tidak menanyakan apa pun lagi.

Ya, seharusnya tidak ada hal khusus yang terjadi.

Aku bingung dengan perubahan sikap Gotou-san yang tiba-tiba.

Benar saja, tampaknya menjadi seorang wanita itu terlalu sulit bagiku...

Menyadari kalau pikiraku dipenuhi oleh Gotou-san, aku menampar pipiku dan berbalik menghadap komputer.

Aku mendengar Hashimoto tertawa dari sebelah.



Pada akhirnya, aku tidak bisa berbicara dengan Gotou-san bahkan saat istirahat makan siang.

Ketika aku menyelesaikan pekerjaanku dan melihat ke atas, Gotou-san sudah menghilang dari kantor.

Aku pergi ke kantin bersama Hashimoto, tapi Gotou-san juga sudah tidak ada di sana.

Kecurigaanku kalau aku sedang dihindari sekarang menjadi sangat kuat.

Setelah istirahat makan siang, aku bekerja dengan penuh semangat saat sore.

Sejujurnya, semakin banyak pekerjaan yang harus kulakukan ketika aku berada dalam kondisi pikiran yang tidak jelas seperti ini, aku malah semakin lebih mendingan. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain.

Saat aku berurusan dengan kerjaan yang terus bermunculan satu demi satu seperti Daruma, hari kerja pun berakhir dalam sekejap mata.

Saat Hashimoto menepuk pundakku dan meninggalkan kantor, aku juga mulai melaporkan tentang pekerjaan harianku.

Aku masih mempunyai banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, dan bekerja lembur membuat segalanya menjadi lebih mudah keesokan harinya, namun akhir-akhir ini, aku berubah pikiran dan berusaha menghindari lembur sebisa mungkin.

Jika pemimpin proyek secara aktif bekerja lembur, akan sulit bagi karyawan lain untuk pergi, dan kriteria jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan tanpa kewalahan akan menjadi semakin kabur.

Hal ini mungkin tidak terpikirkan olehku beberapa tahun yang lalu, namun karena tinggal bersama Sayu, aku merasa menjadi lebih sadar akan fakta bahwa tindakanku mempunyai dampak yang besar terhadap orang lain. Karena aku sedang termotivasi, aku punya banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan. Sangat mudah untuk memutuskan tindakanku berdasarkan alasan sederhana seperti itu, tapi aku harus bisa memikirkan dampak yang aku timbulkan pada orang lain dengan melakukan hal itu.

Tugas menulis laporan kerja sehari-hari sudah menjadi sekedar formalitas belaka sekarang, namun dalam artian mencatat kemajuan tugas seseorang pun membutuhkan waktu yang lama untuk mengisinya dengan cukup akurat dan menghilangkan bagian-bagian yang perlu dihilangkan.

Biasanya, aku menulis laporan harianku dengan santai untuk merilekskan tubuhku yang tegang akibat konsentrasi karena kerjaan, tapi hari ini aku sedang terburu-buru.

Alasannya sederhana, ada kemungkinan Gotou-san bakal pulang saat aku sedang santai melakukan pekerjaan ini.

Aku buru-buru menyelesaikan laporan harianku, dan ketika aku menoleh, untung Gotou-san masih di mejanya. Sebaliknya, dia langsung menoleh kepadaku.

Kupikir dia akan membuang muka lagi, tapi kali ini Gotou-san tersenyum tipis dan berdiri. Kemudian dia berjalan ke arahku.

"Makasih atas kerja kerasnya, Yoshida-kun."

"Ah, makasih atas kerja kerasnya juga."

"Apakah kamu punya waktu setelah ini?"

Gotou-san berbicara kepadaku seperti biasa, sangat berbeda dari sikapnya tadi pagi.

"Ah, tentu saja. Aku juga luang kok."

"Benarkah? Syukurlah. Bisakah kamu naik ke atas?"

"Oke, aku juga baru saja selesaiin laporan harian."

"Baiklah. Kalau begitu, ayo siap-siap dulu."

Setelah mengatakan itu, Gotou-san langsung kembali ke meja kerjanya.

Aku tidak bisa mengikuti perubahan sikapnya, dan untuk sesaat aku melihatnya dengan cepat mulai mempersiapkan semuanya.

Saat sudah selesai, kami langsung meninggalkan kantor.

"Biasanya kamu bilang yuk makan dulu."

"Apakah nggak boleh?"

"Yah, hari ini...eh bentar, yuk kencan!"

"Jadi, apa ujung-ujungnya kencan?"

"Benar, kencan."

Sambil menunggu lift, Gotou-san mengatakan itu sambil tersenyum seperti biasa.

Saat aku melihat ekspresinya dari samping, aku merasakan sangat tidak nyaman kepada Gotou-san. Segalanya terasa aneh saat tadi pagi, tetapi sekarang dia menjadi sangat normal.

Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan , dan itu membuatku merasa tidak nyaman.

Post a Comment

Post a Comment