Translator: Yanz
Editor: Rion
Chapter 1 - Jika Kau Bertemu Dengan Gadis Menhera (part 2)
"Hey, Shinsuke. Apa benar kira-kira bahwa mungkin gadis di Twitter dan dia adalah satu orang yang sama?
"Kemungkinan seperti itu adalah keajaiban yang sangat tidak mungkin."
"Tapi lihatlah, gadis dalam gambar itu juga tinggal di Tokyo, jadi masih ada kemungkinan kecilnya, loh!"
"Coba kau pikirkan, ada berapa banyak orang yang tinggal di Tokyo?"
Tidak ada jaminan bahwa Kotosaka-san tinggal di Tokyo. Hanya karena dia kuliah di universitas Tokyo, masih besar kemungkinan bagi dia untuk tinggal di prefektur sekitarnya.
"Nama akunnya 'Kotone'... ya?"
Hirofumi mengulurkan ponselnya di depanku, dan aku melihat gambar dan tulisan unggahan diatas layar dengan cermat.
Kotone dalam gambar mengenakan seragam sekolah hitam. Dengan rambut hitamnya yang tergerai dan riasan alami, dia terlihat seperti gadis yang tulus dan serius.
Tulisan unggahan mencakup tag seperti #Tinggal di Tokyo #17 tahun #JK #Akun Rahasia Gadis Cantik #Mencari Pacar #Mencari Sugar Daddy
Unggahan ini mendapat banyak 'like' dan banyak pesan di bagian komentar, tetapi semuanya jelas dari pria yang lebih tua daripadanya.
Sambil merasa ada sesuatu yang mencurigakan, aku juga terkejut dengan kesenjangan antara penampilan dan perilaku gadis itu, aku berpikir, "Apakah gadis seperti ini juga melakukan aktivitas Sugar Dating?"
ED/N:
Sugar Daddy - Seorang pria yang memberikan dukungan materil maupun finansial kepada wanita yang lebih muda.
Sugar Baby - Wanita yang menerima dukungan materil maupun finansial dari Sugar Daddy.
Sugar Dating - Sebutan untuk hubungan antara Sugar Daddy dan juga Sugar Baby.
"Dari tagar dalam postingannya, dia pasti masihlah siswi SMA. Jadi, jelas-jelas kalau dia bukanlah Kotosaka-san."
"Ya, sepertinya begitu. Tapi, apa kau tahu? Kotosaka-san benar-benar tidak punya teman."
"Benarkah?"
"Ada kursi kosong di sebelah Kotosaka-san! Ini kesempatan langka, ayo kita pindah bersama! Aku ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih dekat dengannya...!"
"Aku akan menunggu di sini, jadi pergilah sendiri. Semoga berhasil~"
Aku dengan dingin menepis Hirofumi, yang sudah berdiri dari tempat duduknya.
"Kau tidak tertarik? Setidaknya ayo ikut, tak usah melakukan apapun, kau cukup temani aku saja!"
Jika tidak perlu melakukan apa pun, maka aku punya lebih banyak alasan untuk tidak ikut dengannya.
"Maaf ya. Aku akan membantumu lain kali, jadi berjuang sendiri saja sana!"
"Kau selalu bilang begitu, tapi tetap saja tidak pernah membantuku!"
"Oh, benarkah?"
Aku memiringkan kepala, lalu berpura-pura tidak tahu saat menanggapi ekspresi kesal Hirofumi.
"Baiklah, kali ini aku benar-benar tidak bisa membantumu."
Aku menopang dagu di atas meja dan menatap punggung Kotosaka-san. Tiba-tiba, dia berbalik dan mata kami bertemu.
"...Shinsuke, kenapa? tidak enak badan?"
Dengan cepat, Hirofumi bertanya padaku saat aku tergesa-gesa menundukkan wajahku.
"Tidak, tidak ada yang salah dengan tubuhku. Tapi..."
Ketika pandangannya masuk kearahku, perasaan aneh tiba-tiba menyelimuti diriku.
Detak jantungku bertambah cepat, dan aku merasakan keringat dingin mulai mengalir. Alasan reaksi ini mungkin hanya satu hal.
Dia mengingatkanku pada pacar pertamaku di tahun pertama saat SMP, dan kehadirannya seakan memberikan bayang-bayang gelap dalam hatiku.
"Aku benar-benar tidak cocok dengan tipe seperti itu."
Kotosaka-san, seorang mahasiswa dengan gaya fashion 'Jirai-Kei' yang mengkhawatirkan.
Dengan Trauma yang aku sembunyikan begitu lama mulai muncul dari dalam hatiku.
Instingku memberi peringatan bahwa aku seharusnya tidak terlibat dengan gadis sepertinya.
ED/N:
Mode fashion 'Landmine' atau 'Jirai Kei' adalah gaya menarik dari tahun 2020 yang mencampurkan kerentanan dan intensitas.
Istilah 'Jirai Kei' terinspirasi oleh konsep 'Landmine personality' atau 'Menhera', yang mana menggambarkan seseorang yang tampak biasa di permukaan, tetapi pada interaksi yang lebih mendalam, mereka mengungkapkan keanehan yang tak terduga, seperti menginjakkan kaki pada ranjau darat.
Gaya Fashion 'Jirai Kei' biasanya identik dengan 'Gadis Menhera' atau 'Landmine-Girl'.
Ciri khas dari gaya fashion ini biasanya meliputi: kontras yang kuat, penggunaan layering berlebihan, motif dan aksen yang unik, serta penggunaan simbol-simbol emoji.
Selain itu, gaya ini sering menggabungkan elemen luka atau kerapuhan yang tersembunyi, sambil mempertahankan estetika kawaii yang unik.
--- ☆ ---
Gaya fashion 'Jirai-Kei' terkadang juga disebut sebagai 'Fashion Menhera', dan mereka mengadopsi konsep 'cute in darkness' yang biasanya didominasi oleh warna hitam dengan sentuhan warna putih, pink, merah, atau ungu.
Salah satu ciri utama riasan mereka adalah kemerahan di sekitar mata, seolah-olah setelah menangis, dan mereka sering mengenakan sepatu berplatform tebal, anting-anting dengan desain yang mencolok, serta kalung yang unik.
Ada juga istilah 'versi mainstream' yang lebih berdekatan, tetapi tidak ada perbedaan yang jelas.
Yang pasti, versi mainstream ini lebih didominasi oleh warna putih dan pink.
"Aku tak menyangka kalau kau akan begitu menghindari, gadis dengan tipe seperti itu."
Saat makan siang di kantin, Hirofumi duduk di depanku, memakan kari dalam porsi besar, dan tiba-tiba berkomentar, mengingat percakapan kami sebelumnya.
"Sebenarnya, aku juga tidak pernah berpikir kalau kau akan suka dengan tipe gadis seperti itu. Kukira kau lebih suka gadis dengan penampilan yang lebih tenang dan berkelas."
"Yang kau sebutkan juga bagus sih, tapi gadis-gadis sepertinya juga tidak buruk. Bayangkan saja, jika pacarmu adalah seorang gadis 'Menhera' atau bahkan 'yandere', mungkin dia hanya akan mencintaimu dengan tulus. Rasanya pasti sangat membahagiakan!"
"Kurasa tidak akan sesederhana itu, tahu?"
Aku mendengar pemikiran dangkal Hirofumi dan mengerutkan wajahku.
Hirofumi seharusnya lebih memahami bahwa kita tidak boleh dengan mudah terlibat dengan orang-orang yang disebut 'Menhera' hanya karena alasan sederhana.
"Ataukah kau hanya suka pada semua jenis perempuan tanpa mempertimbangkan tipe yang benar-benar kau sukai?"
"Bukan berarti aku suka pada semua orang. Yah, hanya saja aku mungkin sedikit mempertimbangkan lebih banyak calon pasangan romantis dari kebanyakan orang. Aku bisa tertarik pada perempuan remaja hingga yang mendekati usia perak, jadi..."
"Kau bilang itu 'sedikit'?"
"Jika itu adalah perempuan dewasa dengan tubuh menggoda, itu tidak menjadi masalah sama sekali bagiku."
"Kurasa, kau tidak akan kesulitan menemukan pasangan untuk menikah..."
Sambil melilit pasta di garpu, aku pada akhirnya menghargai Hirofumi dalam artian tertentu.
"Kalau begitu, Shinsuke, kau pasti punya tipe yang favoritmu sendiri kan? Setiap kali aku bertanya, kau selalu berhasil mengelak dari pertanyaan itu."
"Yah, sejujurnya tidak ada tipe tertentu yang aku suka."
"Ayolah, coba katakan sesuatu. Jika kau harus memilih, orang seperti apa yang akan kau pilih? Aku yakin setidaknya kau pasti punya pemikiran tentang hal itu."
"Bahkan jika kau mendesakku dengan kata-kata semacam itu..."
"Baiklah kalau begitu! Tutup matamu dan tolong bayangkan... untuk semisalnya saja..."
"Haaah... baiklah aku akan menemanimu bermain."
Aku memejamkan mata seperti yang dia minta.
"Mengenakan celana pendek, memakai hoodie oversize yang kasual, berpenampilan santai. Selalu mengenakan topi saat keluar... "
Aku merangkai ciri-ciri yang dia sebutkan dalam pikiranku.
"Rambut panjang sebahu, dengan warna hitam dan aksen hijau biru di dalamnya. Dan dia adalah seorang wanita yang memiliki sedikit kesan dewasa... bagaimana dengan semua itu?"
"Yah, jika aku harus mengatakan apakah aku suka atau tidak dengan gaya seperti itu, kurasa aku akan lebih condong ke arah menyukainya... Uh, tunggu?"
Suara aneh dari Hirofumi membuatku merasa tidak enak, dan aku membuka mataku dengan curiga.
"Ah tidak... aku ketahuan, hehe..."
"Chitose, apa yang kau lakukan di sini?"
Di depanku, Hirofumi yang masih mengunyah dengan rakusnya bukanlah satu-satunya yang ada.
Seorang mahasiswi mengikuti jejak Hirofumi dengan menirukan suaranya dengan baik.
"K-kujou-senpai!?"
Hirofumi, dengan mulutnya yang akhirnya bebas, berbalik ke arahnya dengan terkejut.
"Ack... tanganku terkena kari. Shinsuke, maukah kau menjilatnya?"
"Tentu saja tidak!"
Aku memberikan selembar tisu kertas yang telah aku letakkan di baki pasta dan menggosok-gosokkan tangan Chitose yang kotor, sambil menggelengkan kepala dengan heran.
"Maaf karena tiba-tiba menerobos masuk. Aku perhatikan, kalian sedang melakukan percakapan yang menarik, dan aku tak bisa menahan diri untuk ikut bicara."
"Aku sudah pernah mengatakan ini sebelumnya, kan? Saat di dalam kampus, jangan bicara padaku."
"Kenapa? Dulu kau bahkan memanggilku 'Chii-chan', tapi sekarang kau menggunakan nama lengkapku... Apa kau sedang mengalami masa pemberontakan yang tertunda atau sesuatu semacam itu?"
"Aku hanya memanggilmu seperti itu sewaktu saat kita masih SD. Dan lagi, alasan aku tidak ingin berbicara denganmu di universitas bukan karena masa pemberontakan, melainkan karena aku tidak suka menjadi pusat perhatian orang lain..."
Aku tidak pernah mencolok dan tidak pernah berusaha untuk menonjol dalam kehidupan sehari-hariku.
Namun, keberadaan Kujou Chitose selalu mampu menarik perhatian orang lain, entah itu berkat bakat tersembunyinya atau alasan lain yang tak dapat dipungkiri.
Yang pasti, kehadiran Kujou Chitose selalu menarik perhatian, dan hal ini juga berdampak pada kehidupanku.
Chitose adalah mahasiswa tahun ketiga di fakultas hukum, dan kami selalu berjarak satu tahun karena kami telah mengikuti jalur yang sama sejak TK hingga ke universitas. Yang membedakan saat ini hanyalah fakultas di universitas kami.
Satu-satunya perbedaan kami saat ini adalah fakultas universitas kami.
Rumah kami berjarak hanya lima menit berjalan kaki satu sama lain, jadi tidak mengherankan jika kami mengikuti jalur yang sama dari TK hingga SMA.
Namun tidak pernah terbayang olehku, bahwa kami akan berakhir di universitas yang sama juga.
Orang tua kami adalah teman sejak SD, sehingga kami memiliki hubungan dekat sejak kami masih kecil. Karena dekat dalam usia, kami dibesarkan seolah-olah saudara kandung sejati.
Meskipun kami dibesarkan dalam lingkungan yang hampir sama, posisi kami sangat berlawanan.
Pada tahun pertama dan kedua kuliah, Chitose bergabung dengan berbagai klub olahraga, membuatnya dikenal luas di kampus dan memiliki banyak teman.
Selain itu, dia bahkan mendapatkan peringkat ketiga dalam kontes kecantikan tahun lalu.
Saat berbicara dengan Chitose, perhatian pasti selalu tertuju padanya, tidak peduli siapa lawannya. Namun, meskipun demikian, dia terus saja menggangguku setiap kali dia melihatku berada di kampus.
Berkat pengaruh kontes kecantikan, Chitose mendapatkan banyak penggemar, dan meskipun sebagian besar mendukung, ada juga beberapa individu yang ekstrim. Beberapa orang bahkan menangis karena cemburu saat mengetahui bahwa kami adalah teman masa kecil.
"Kau, kenapa begitu suka berbicara dengan Kujou-senpai di depanku..."
Dan air mata kecemburuan itu sering kali datang dari Hirofumi.
Hari ini juga tidak ada yang berbeda. Dari sudut dimana Chitose tidak bisa melihatnya, mata merah Hirofumi berkaca-kaca, dan dia menatapku dengan ekspresi menakutkan.
Meski aku sudah terbiasa dengan kecemburuan Hirofumi, tapi aku juga pernah mengalami pengalaman beberapa kali di mana seseorang yang sama sekali tidak kukenal memperlihatkan sikap penuh kebencian kepadaku.
Rasa takut saat itu masih belum bisa aku lupakan.
Aku tidak membenci Chitose, tapi jika memungkinkan, aku ingin menghindari interaksi apapun dengannya saat di dalam kampus.
"Kau harus pergi sekarang; aura suram Hirofumi semakin pekat."
"Aku tak percaya kau bertingkah seolah-olah kau itu pacarnya..."
"Yah, sekali dia terlibat dengan seorang gadis, Hirofumi jadi sangat merepotkan!!"
"Bahkan jika aku tidak mengkhawatirkannya, aku ragu kau akan menjadi pacar Hirofumi. Lagi pula, kau baru saja mengatakan kalau kau suka tipe cewek sepertiku~"
Topi hitam, celana pendek, hoodie oversize, rambut hitam yang panjang hingga bahu dengan aksen hijau biru, dan sedikit nuansa wanita dewasa.
Ciri-ciri yang dia sebutkan adalah persis seperti Chitose sendiri.
"Itu hanya bisa dikatakan sebagai preferensi, tidak lebih dari itu."
"Kau sangat menekankannya, huh? Ah, padahal aku sempat menaruh harapanku disana..."
"Harapan apa itu..."
"Cinta terlarang?"
"Bagaimana bisa itu dilarang? Kami hanya teman masa kecil, kami bahkan bukan saudara kandung."
Chitose tersenyum dengan gembira seakan-akan dia sedang mengolok-olok anak kecil.
"Kalau kau tidak punya urusan di sini, kenapa tidak pergi ke tempat lain saja? Aku merasa aura permusuhan Hirofumi terasa semakin kuat."
"Ah, tunggu sebentar. Hari ini aku punya alasan yang cukup!"
"Apa itu sesuatu yang tidak bisa kau sampaikan lewat LINE?"
"Benar! Itu masalah jadwal kerja."
"Oh, jadi begitu. Lalu, alasanmu itu pasti tentang menggantikan jadwalnya bukan?"
"Yup, tepat sekali!"
Seperti yang sudah kukira. Sambil memikirkannya, aku bersandar di kursiku.
"Ada pegawai baru yang mulai bekerja kan? Anak itu demam tinggi sejak kemarin, jadi aku ingin bertanya apakah kau bisa menggantikan shiftnya hari ini."
Kujou Chitose dan aku bukan hanya senior dan junior di universitas - hal yang sama terjadi di tempat kerja kami.
Ketika aku sedang mencari pekerjaan paruh waktu di tempat asing, aku mendengar bahwa minimarket ditempat Chitose kekurangan staf, jadi aku akhirnya mencoba peruntungan dan bekerja di sana juga.
Pergeseran kami ditetapkan setiap minggu. Aku bekerja mulai pukul 17.00 hingga 22.00 pada hari Kamis, Jumat, dan Minggu, sedangkan Kujou Chitose bekerja pada hari Selasa, Kamis, dan Minggu dalam jangka waktu yang sama.
Dengan semua jadwal itu, kami memiliki hari kerja yang bersamaan dua kali dalam seminggu.
Atmosfer di tempat kerja kami sangat nyaman berkat kepribadian baik manajer.
Aku tidak pernah merasa terlalu repot dengan pekerjaan, meskipun aku merasa itu adalah pekerjaan yang membosankan, dan aku bahkan belum pernah berpikir untuk berhenti.
"Aku mengerti. Aku akan mengambil jadwalnya hari ini."
"Oh terima kasih. Memang benar ya? Punya adik laki-laki yang menggemaskan itu menyenangkan!"
Chitose menepuk dadanya, dan wajahnya terlihat menjadi rileks.
"Kau bajingan beruntung... Shinsuke, bisa pergi berkencan dengan Kujou-senpai setelah kuliah usai, huh?"
Hirofumi bersandar di atas meja, dengan nada apatis aku menjawab, "Kerja paruh waktu bukanlah bagian dari kencan."
"Kalian berdua berbagi waktu pada saat yang sama, bukan? Pada dasarnya itu juga bisa disebut kencan, bukan?"
Meskipun aku merasa itu benar, aku masih tidak setuju.
"Hirofumi, kenapa kau tidak mencoba melamar pekerjaan disana juga? Shift Sabtu tidak stabil, dan kami sangat menyambutmu."
"Aku akan mencobanya."
"Jangan hanya mempertimbangkannya tanpa berpikir. Lagipula, Hirofumi, kamu tinggal cukup jauh, bukan?"
"Yah, Shinsuke... bagaimana kalau aku menginap di rumahmu pada hari Sabtu?"
"Aku benar-benar tidak akan membiarkan itu terjadi..."
"Kamu pasti merasa kesepian sendirian di malam hari, bukan? Aku akan menghilangkan rasa sepi itu untukmu."
"Hei hei, bagaimana kalau kau merasa kesepian, Onee-san ini akan darang untukmu~"
"Aku tidak pernah kesepian, jadi aku baik-baik saja, bahkan jika kalian berdua tidak datang."
Jika mereka datang setiap minggu, itu akan mengganggu waktu berhargaku untuk berlatih menggambar ilustrasi.
Selain itu, Chitose tidak pernah benar-benar berniat untuk datang ke tempatku.
Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang mendukung impianku untuk menjadi seorang ilustrator, dan dia tahu pasti tentang situasiku yang sibuk dengan pekerjaan rumah, kuliah, serta pekerjaan paruh waktuku.
Meskipun aku tidak pernah mendengarkan langsung darinya, sepertinya dia telah berusaha keras untuk tidak mengganggu waktu latihan menggambarku.
Dia memiliki kepribadian yang cukup unik dalam hal ini.
Selain itu, Chitose tidak punya shift di hari sabtu.
"Baiklah, karena semuanya sudah beres, aku harus segera pergi."
Setelah mendiskusikan permintaannya, Chitose memeriksa arlojinya.
"Maaf sudah mengganggu waktu makan siangmu."
"Tidak apa, sampai jumpa lagi."
Chitose mengucapkan selamat tinggal kepada kami dengan mengatakan bahwa dia 'menantikannya', lalu berjalan menuju pintu keluar kafetaria.
"Ngomong-ngomong, Shinsuke, bukannya kau mengatakan bahwa selain ibu dan saudara perempuanmu, tidak ada wanita lain yang pernah berada di kamarmu? Tapi bukankah Chitose itu teman masa kecilmu? Bukankah dia seharusnya pernah datang ke kamarmu? Jika itu aku, aku pasti akan membawanya dan mengubah situasinya menjadi cukup panas."
"Apa kau akan melihat kakak perempuanmu sebagai objek cinta jika seandainya kau punya satu?"
"Tidak, tidak mungkin, tapi..."
"Itu sama untukku."
--- ☆ ---
Post a Comment