Translator: Kujou
Editor: Qirin.
Chapter 9 - Namun, Untuk Teman Wanitaku Yang Ke-Dua, Aku Masih Belum Berani Untuk Merayunya
“Ehemm...”
Saat ini aku sedang duduk berhadapan dengan seorang gadsi cantik berambut hitam panjang yang tetap diam sejak kami memasuki kafe. Dia yang duduk bersebelahan denganku memperlihatkan pipinya yang mengembung, meskipun begitu dia tetap terlihat imut.
"Permisi ... Serina-san?"
"Kamu selalu memanggil Aoi-san tanpa honorific ‘-san’, kan?"
"Serina...."
"Ya, ada yang bisa aku bantu, Minato-kun?"
"Apa mungkin sekarang mood kamu sudah membaik, Ojou-sama."
"Tolong berhenti memanggil ku, Ojou-sama. Dan sejak awal moodku sebenarnya tidak buruk."
"............"
Meskipun begitu, Minato tetap tidak berani berbicara dengan sembrono.
Satu hari setelah membolos seharian penuh serta meminta permintaan besar kepada Hazuki.
Hari ini, tampaknya Serina berada dalam mood yang buruk sejak awal sampai akhir pelajaran.
Setelah keluar dari sekolah, ketika Minato memberanikan diri untuk mengajaknya ke kafe, dia setuju, jadi sepertinya dia tidak begitu marah ... tapi ...
"Oh, Matcha Latte ini enak ya.”
"Ya, memang. Tempat ini sepertinya agak mahal."
Mereka duduk di kursi counter di samping dinding, Minato memesan Ice Cafe Ole dan Serina memesan Matcha Latte.
Kafe ini agak mahal dan tidak terlihat ada siswa lain dari sekolah mereka yang datang kemari.
Mereka memilih kafe ini agar tidak terlihat oleh siswa lain ketika Minato berduaan dengan Sernia.
"Mungkin mood ku bisa sedikit membaik dengan meyantap Matcha Latte yang enak ini..."
"Aku hanya berpikir kamu kemarin pasti bersenang-senang berduaan saja dengan Aoi-san, kan."
"............"
Minato merasa seperti seorang pria nakal yang tengah disalahkan.
Sepertinya Hazuki akan bermain dengan grup para wanita di kelas tepat setelah pelajaran hari ini selesai.
‘Hazuki kemarin juga ikut ... Tidak adil bahwa hanya aku yang dimarahi oleh Serina’, pikir Minato.
Menelan kata-kata yang terlintas dalam pikirannya satu per satu.
“Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk mengecualikanmu, Serina.”
“Aku juga mungkin akan ikut membolos sekolah jika kamu mengajakku” Serina menjawab dengan ragu-ragu.
“Tapi, apakah itu apa-apa dilakukan? Aku dan Hazuki mungkin masih wajar, tapi bagaimana dengan murid berprestasi seperti Serina?”
“Aku bukan murid berprestasi, sebenarnya. Jika aku benar-benar murid berprestasi, aku tidak akan pernah melakukan hal-hal seperti melakukan ‘permainan’ itu dengan Minato-kun...”
Serina berbicara dengan wajahnya yang merah merona, dan itu terlihat sangat menggemaskan.
Minato sendiri teringat bagaimana dia merasa terangsang oleh sentuhan dada Serina beberapa waktu lalu, dia berusaha keras untuk menahan kegembiraannya.
“Oh ya, bagaimana dengan komponen PC yang baru kamu beli beberapa waktu lalu?” tanya Minato, mencoba mengalikan percakapan.
“Apa kamu mencoba mengganti topik percakapan hanya untuk meredakan kekesalanku?”
Tanya Serina dengan nada kesal, namun Minato memang tertarik dengan PC milik Serina.
“A-aku, tidak bermaksud begitu. Aku juga suka PC dan sangat tertarik dengan itu.”
Kemudian, Serina menjelaskan bahwa dia belum merakitnya karena dia harus belajar untuk mempersiapkan ujian dan dia ingin lebih mempertimbangkan beberapa komponen lagi.
Minato ingat bahwa Serina juga akan menggunakan beberapa komponen dari PC lamanya.
“Kamu memang sangat memperhatikan detail-detail kecil, ya?”
Kata Minato dengan senyuman terpaksa. Keduanya memang memiliki ketertarikan yang berbeda dalam hobi mereka.
“Meskipun laptop ku masih bisa menjalankan game-game berat, ada beberapa game yang masih sulit untuk dijalankan.”
Kata Minato, berusaha melanjutkan percakapan.
“Ya, karena laptop memang tidak sekuat PC desktop. Jika ingin bermain game berat, meralit rakit PC desktop sendiri lebih efisien dari segi biaya.”
Jelas Serina dengan penuh pengetahuan.
“Benar juga. Meskipun masalahnya adalah tempat untuk meletakkan PC-nya... Mungkin aku bisa meminta bantuan Serina untuk merakit PC yang sesuai dengan danaku.”
Ucap Minato, berharap mendapat bantuan dari Serina.
“Jika kamu butuh bantuan, aku selalu siap membantumu! Tapi, apa ini hanya bentuk usahamu untuk menenangkan hatiku dengan membicarakan apa yang aku sukai...?”
Serina bertanya dengan nada curiga.
“Ah, tidak, aku serius ingin memiliki PC rakitan sendiri.” jawab Minato dengan cepat.
“Apakah Minato-kun saat ini kesulitan untuk mengedit video dari penampilan menarik Aoi-san dengan laptop yang kamu miliki...?”
“Jadi, kamu berasumsi bahwa aku merekam video mesum Hazuki?!”
“Eh? Benarkah begitu?”
“Aku tidak melakukan itu...!”
Ternyata Serina memiliki kesalahpahaman yang luar biasa.
Lebih tepatnya, Minato terkejut mengetahui bahwa Serina berpikir penggunaan utama PC adalah untuk mengedit video mesum, padahal dia tahu bahwa Minato sangat menyukai bermain game.
“Serina, apakah kamu kurang tahu tentang perbedaan antara pria dan wanita, atau sebenarnya kamu tahu banyak tentang hal itu?”
Minato tidak memiliki hobi untuk merekam wanita.
Karena Hazuki sudah bisa memuaskanya, jadi dia merasa tidak perlu menonton video tersebut.
“Bukan itu maksudku, itu benar-benar digunakan untuk bermain game. Karena katanya, performa PC yang lebih tinggi meningkatkan keunggulan dalam permainan.”
“Oh, ya. Tentang masalah framerate, kan? Tapi tergantung juga pada monitor, jadi meningkatkan spesifikasi PC saja belum cukup... Ah, maaf, sudahlah, mari kita ganti topik.”
“...Apakah kamu benar-benar tidak marah?”
“Sebenarnya, Aku jarang sekali marah.”
Karena alasan itulah, Minato merasa perlu untuk memperhatikan Serina yang tampak murung.
Meskipun demikian, ia enggan mencampur minyak ke dalam api.
“Kamu kemarin bolos sekolah untuk bersama Aoi-san... Apa-apaan yang kalian lakukan?”
“’Kalian lakukan?’ Hei, jangan asal bicara!”
“Uh, maaf...”
Serina tiba-tiba menunduk, dan Minato pun secara refleks mengikutinya dengan pandangannya.
Di bawah meja kursi bar, rok Serina yang sebatas lutut sedang diangkat.
Roknya perlahan terangkat, dan paha putih dan ramping pun terlihat jelas...
Minato melihat sekelilingnya. Ruangan toko hampir sepi, tak ada orang lain di kursi meja bar.
Namun, Minato tak pernah tahu kapan seorang pelanggan baru akan datang dan duduk di sampingnya.
“Ah, sungguh memalukan... tapi, aku ingin tahu apa yang kalian lakukan, Minato-kun...”
Rok nya terangkat sedikit dan kali ini terlihat celana dalam putihnya.
Celana dalam putih yang sebagian besar tersembunyi di balik rok, membuatnya terlihat lebih merangsang.
Serina sengaja memperlihatkan perpaduan paha putih yang halus dan celana putih yang bersih di sebuah kafe dimana ada kemungkinan orang lain yang dapat melihatnya...
Situasi yang berbeda dari biasanya membuat hatinya berdebar-debar, hampir terlalu bersemangat.
“Oh, apakah kamu kemarin juga melihat bagian dalam celana Aoi-san lagi?”
“Be-benar! Aku melihatnya, jadi tolong turunkan rokmu!”
“Ya, baiklah...”
Kata Serina dengan malu-malu, lalu Serina cepat-cepat menutup kembali rok nya sehingga bagian dalamnya tidak terlihat lagi.
Sejujurnya, Minato ingin melihat lebih banyak lagi, tapi dia sadar bahwa mereka harus memilih waktu dan tempat yang tepat.
“Kenapa kamu melakukan itu, Serina? Kamu selalu saja membuatku terkejut...”
Kata Minato, sedikit merasa bersalah karena merasa dia yang selalu diuntungkan dalam situasi seperti ini.
Celana dalam Serina yang dia lihat sebelumnya dan sekarang, membuatnya terasa sangat erotis dalam situasi seperti ini.
“Ma-maaf...”
Serina, teman sekelasnya yang biasanya pendiam, ternyata berbeda dari penampilannya yang menarik.
Seperti ketika dia melepaskan bloomers di taman, mungkin dia lebih berani dari Hazuki.
“Karena kamu sudah mengakuinya... aku, aku tidak marah lagi.”
“Aku tahu kalau kamu sebenarnya masih marah...”
Minato merasa seperti dia yang selalu mendapat keuntungan dalam situasi ini.
Saat dia mengingat kembali celana dalam Serina yang dia lihat sebelumnya, dan melihatnya sekarang di luar seperti ini, dia merasa kesan erotisnya semakin intens.
“Begitu juga dengan Serina... jangan sembunyikan apa-apa dariku. Kita kan teman.”
“Teman... ya, tentu. Ya, kita adalah teman, jadi, aku ingin bisa berbicara apa pun padamu.”
“Baiklah, aku mengerti.”
Kata Minato sambil menghembuskan napasnya. “Sepertinya lebih baik kamu menerimanya. Toh kita kan teman...”
“Eh? Apakah masih ada sesuatu yang harus kulakukan?” tanya Serina yang menjadi bingung.
“Iya, tunggu sebentar ya.”
Kata Minato sambil cepat-cepat mengoperasikan smartphonenya.
Seperti yang diduganya, dia segera mendapat balasan.
“Baiklah, mari pergi.”
“Kemana kita akan pergi?”
“Ke rumahku.”
Jawab Minato sambil sekaligus meneguk habis minumannya.
Serina juga sudah selesai dengan minumannya Matcha Latte.
“Eh? Tapi, tiba-tiba ke rumahmu... tidak apa-apa sih...”
“Bukan, maksudku bukan karena itu. Pertama-tama kita akan pergi ke rumahku, lalu ke rumah Hazuki.”
“Eh? Eh? Tapi, Hari ini Aoi-san tidak ada dan... apakah kamu punya kunci rumahnya?”
“Meskipun aku tidak punya kunci rumahnya... lihat ini.”
Kata Minato sambil menunjukkan layar smartphonenya pada Serina.
[Minato: Bolehkah aku memberi tahu alamat rumahku pada Serina-san?]
[Hazuki: Oke]
[Hazuki: Kurasa tidak ada alasan untuk menyembunyikannya dari Ruka. Akan lebih baik kalau dia tahu.]
[Hazuki: Sisa 7.]
“....’Sisa 7’ maksudnya apa?” tanya Serina bingung.
“Uh, jangan terlalu dipikirkan bagian itu.”
Kata Minato sambil tersenyum pahit.
Tentu saja, itu adalah sisa dari apa yang dia beli, mungkin beberapa kali dipakai termasuk pagi ini, sehingga sekarang tinggal 7 biji lagi.
Sepertinya Hazuki mengingatkannya untuk tidak lupa janji untuk menggunakan semuanya hari ini.
Minato dan Serina meninggalkan kafe, berjalan beberapa saat, dan akhirnya sampai di depan sebuah gedung.
“Ini tempatnya.”
“Eh? Ini, ini apartemen Aoi-san, bukan?”
“Iya, memang.”
Jawab Minato sambil tertawa getir, lalu masuk ke pintu masuk.
Serina mengikuti dengan bingung. Meskipun sepertinya dia akan segera menyadarinya, tapi karena sifatnya yang agak lugu, Serina belum menyadari apa-apa.
“Sekarang lebih baik kamu lihat dengan mata kepalamu sendiri daripada hanya mendengar ceritanya, kan. Jika Serina datang ke rumahku, itu akan sangat memudahkan bagiku untuk menjelaskannya...”
“Jadi ini benar-benar rumah Minato-kun, ya ...!”
“Maaf, bahwa selama ini aku menyembunyikannya dari mu.”
Minato mengajak Serina ke ruang tamu keluarga dan menyajikan teh.
Akhirnya, Serina tampaknya merasakan suasana yang sesungguhnya.
Meskipun sebelumnya mereka minum di kafe, tetapi Minato merasa tidak enak jika tidak menawarkan minuman kepada tamu pertamanya.
“Aku tahu Serina tidak akan membocorkannya kepada orang lain, tetapi aku tetap menyembunyikannya dari teman sekelas. Jika teman sekelas mengetahui bahwa kami tinggal dalam satu gedung apartemen yang sama, bisa-bisa ada rumor aneh.”
“Ya, tentu saja. Itu adalah hal yang wajar.”
Serina sepertinya langsung memahaminya.
Meskipun sekarang situasinya sudah berubah dan hal tersebut tidak lagi menjadi masalah, tapi Minato dan Hazuki tetap tidak berniat untuk memberi tahu orang lain mengenai hubungan rahasia mereka berdua.
“Sejujurnya, aku juga tidak memiliki kenginginan untuk mengumbar-umbar hal seperti ini. Tapi, aku minta maaf kepada Serina.”
“Ah, tidak apa-apa ... Aku benar-benar tidak mempermasalahkannya. Ketika Aoi-san bilang bahwa ada teman sekelasnya yang tinggal di gedung apartemen yang sama, dia pasti merujuk pada Minato-kun, ya?”
“Sebenarnya aku cukup lama tidak menyadarinya.”
Ternyata, di dalam gedung apartemen yang sama, ada beberapa penghuni yang jarang saling bertemu.
Mungkin, jika bukan karena insiden menghilangnya Momo, mungkin mereka akan tetap tidak pernah berhubungan.
“Ahh ... kalau begitu, bisakah aku mengunjungi Minato-kun kapan saja, ya.”
“Silahkan... Seina bisa mengunjungi rumahku dan rumah Hazuki kapan saja, karena kedua orang tua kami sering pulang larut malam.”
“Aoi-san sebenarnya tipe orang yang mudah kesepian, bukan? Meskipun Momo-chan lucu, tetapi pasti ada rasa kesepian saat kalian hanya berdua saja.”
“Ya, begitulah.”
Tampaknya Serina menyadari sisi Minato yang jarang diketahui orang lain.
Apakah dia tumpul atau cerdas, dia adalah seorang putri yang sulit dipahami.
“Karena itulah, Hazuki juga sering berkunjung dan main-main kesini.”
“Ah ... ehm, ada satu hal yang ingin ku tanyakan.”
“Oh, ya apa itu?”
“Minato-kun, kamu bermain game di laptop, bukan? Bolehkah aku melihatnya?”
“Oh, ya, aku ingat sekarang. Tentu saja, masuklah ke kamarku.”
“Baiklah, maaf telah menggangu....”
Minato dan Serina membawa cangkir minuman mereka dan berjalan menuju kamar Minato.
Serina adalah gadis kedua yang masuk ke dalam kamar ini.
Ketika dia pindah ke apartemen ini, Minato sama sekali tidak membayangkan akan membawa seorang gadis yang datang ke kamarnya.
Dan yang lebih mengejutkan, dia adalah seorang gadis cantik yang jauh melampaui Hazuki....
“Aku hanya ingin melihat laptop milik Minato-kun.”
“Memang sepertinya begitu ya ... Sepertinya orang lain juga tertarik untuk mencoba laptop milik orang lain.”
“Itu hal yang wajar, kan? Boleh aku mencoba bermain game?”
Dengan tenang, Minato berusaha menyembunyikan kecemasannya dan mulai menggerakkan mouse di atas meja untuk menghidupkan laptop yang sedang dalam keadaan sleep.
Game yang akan dimainkan adalah game FPS populer “Legends”.
“Sebenarnya, aku juga sudah beberapa kali mencoba bermain ini. Sambil mengukur kinerja PC ku juga.”
“Wah, baguslah, mari aku lihat.”
Benchmark adalah pengukuran kinerja PC dengan menjalankan program yang memiliki spesifikasi tinggi pada perangkat tersebut. Beban ini sengaja diberikan untuk menguji kinerja perangkat.
Karena “Legendis” adalah game yang cukup berat, sering digunakan untuk benchmark. Tidak mengherankan jika Serina, yang menyukai PC, memiliki akun untuk bermain game tersebut.
Serina dengan lihai mengoperasikan keyboard dan mouse tanpa kesulitan....
“Ah, sepertinya aku menang.”
“Serina hebat bangetttt!”
Di layar tertulis kata “CHAMPION” dalam huruf yang besar-besar.
Serina dengan tenang mengalahkan musuh satu per satu, memimpin tim, dan akhirnya bertahan hidup hingga akhir permainan.
“Kamu sungguh hebat...!”
“Eh, eh? Tidak juga, kok. Sebenarnya aku hanya bermain sesekali, kok.”
“Gerak-gerikmu sangat bagus dan kamu memiliki jari-jari yang gesit... Kamu benar-benar berusaha untuk menang ya, Serina.”
“Eh? Apa ada alasan lain selain menang yang perlu diperhatikan saat bermain game?”
“Kamu benar, tidak ada alasan selain itu...”
Sepertinya, sikap mereka terhadap permainan berbeda.
Serina yang terlihat sebagai seorang pendiam ini, rupanya sangat berambisi untuk menang.
“Ah, tapi aku sebenarnya hanya bermain untuk bersenang-senang.”
“Untuk bersenang-senang... Aku yang bermain setiap hari jauh lebih noob daripada dibanding kan dengan Serina...”
“M-maaf...”
Ketika dia meminta maaf, Minato semakin merasa sedih, namun Serina tampak benar-benar menyesal.
Minato yang terus merasa down, tiba-tiba melihat lantai dengan tatapan datar....
Sambil bermain game, Serina tipe orang yang bergerak dengan tubuhnya dan roknya menjadi kusut.
“…Eh?”
“A-apa?”
“Tadi, bukannya Serina, memakai rok panjang ?”
“aaa... maaf, tolong jangan memperhatikan itu sekarang!”
Wajah Serina menjadi merah dan dia segera merapikan roknya.
“Aku sudah memberikan bloomersku itu kepada Minato-kun sebagai hadiah... Jadi sekarang aku tidak memakainya lagi.”
“Be-begitu ya...”
Minato sama sekali tidak menyadari itu.
Rok Serina sebenarnya sudah panjang hingga lutut sejak awal, bahkan lebih panjang dari wanita lain yang dikenal Minato.
Namun, wajar saja Minato tidak menyadari perubahan itu karena dia memang tidak peka.
“Dengan ini, tidak akan bisa diintip dari bawah tangga dan tidak mudah tertiup angin.”
“Hmm... Tapi itu mungkin tergantung oleh beberapa hal, jadi lebih baik memakainya untuk saat ini.”
“Tidak apa-apa, aku akan berhati-hati. Tak seorangpun kecuali Minato-kun yang bisa melihatnya...”
“............”
Minato bertanya-tanya mengapa dia hanya menunjukkan ‘itu’ padanya.
Alasan yang mungkin adalah “karena mereka berteman”, tapi meski begitu, Serina terlalu berani.
“Minato-kun, apakah kamu suka rok pendek? Kalau begitu, aku juga akan berganti ke rok pendek...”
“Tidak, tidak, itu berbahaya memakai rok pendek! Yang panjang juga tidak buruk. Tidak, biasanya tersembunyi oleh rok panjang, jadi aku senang hanya aku yang bisa melihat paha Serina!”
“Kamu menjelaskannya secara rinci, Minato-kun...”
“Ya, apa yang sebenarnya aku katakan...”
“Tidak, tidak, jika dengan pahaku baik-baik saja... apa kamu sekarang… ingin melihatnya?”
Minato menelan ludahnya setelah mendengar kata-kata Serina.
“Atau mungkin kamu baru saja melihatnya, dan hari ini sudah....”
“Tidak, aku ingin melihatnya! Aku ingin melihat celana dalam Serina sebanyak yang aku mau! Kalau pun ada, itu tadi hanya sekilas, jadi aku ingin melihatnya lebih dekat!”
“Aku pikir aku sedang berbicara tentang pahaku... tetapi Minato-kun lebih tertarik pada celana dalamku... ta-tapi aku juga tidak keberatan...”
Serina membuat wajah bermasalah ketika Minato mengungkapkan keinginannya tanpa ragu-ragu sejenak.
“Aku ingin kamu menunjukkan paha dan celana dalammu padaku seolah-olah kamu sedang menggodaku sedikit demi sedikit...!”
“Oh, permintaanmu sangat rinci... emm, apakah seperti ini...?”
Serina berdiri dan dengan halus membalikkan rok selututnya yang bermotif kotak-kotak.
Pahanya yang ramping putih bersih mulai terlihat, diikuti dengan celana dalam dengar warna putih sutra....
“Ughh... jangan menatapku seperti itu...”
“Yah, sedikit lagi... tunjukkan padaku.”
Minato secara naluriah mendekatkan wajahnya ke arah celana dalam putih yang lucu dari seorang gadis yang rapi dan bersih.
Minato sangat dekat sampai hidungnya hampir menyentuh celana dalam Serina.
Ini benar-benar berbeda dengan pandangan sekilas yang berbahaya di kafe, dan minato tidak bisa berhenti bersemangat melihat celana dalam gadis cantik itu dari jarak yang sangat dekat.
“Kyaa...”
Serina duduk di tempat tidur. Namun, ia tetap menaikkan ujung roknya.
“Yaan... em, ada wajah di dalam rokku dan... Aku bisa merasakan nafasmu, Minato-kun...”
“Wow, maaf, sedikit lagi, sedikit lagi...”
Tanpa ragu-ragu, Minato memasukkan wajahnya ke dalam rok selutut Serina dan menatap celana dalam putihnya.
Sayangnya, Minato bukanlah orang suci, jadi dia tidak bisa diam saja ketika diperlihatkan sesuatu seperti itu.
“... ah, celana dalam sudah... hmm... ah, eh... Minato-kun...”
“Oh, ya”
“Ahh... itu jawaban yang benar-benar membuat mengecewakan... Um, Minato-kun? Um... itu memalukan untuk memperlihatkan celana dalamku lagi... jadi apa yang harus aku lakukan sebagai gantinya...”
“Eh, serius...?”
“Eh, ya... yah... tidak mungkin kalau terlalu memalukan, tapi...”
“Kalau begitu…bagaimana dengan... Ci-ciuman?”
“Ci-ciuman...?”
“...!”
Sambil duduk di tempat tidur, Serina perlahan-lahan menempelkan bibirnya pada Minato.
Serina bahkan tidak ragu-ragu. Terkejut dengan keberanian Serina, Minato semakin bergairah dengan kelembutan bibirnya.
“Nn... chu ♡ Ini tidak cukup...”
“Oh, hei... Uh”
“Serina chu, cium lebih banyak lagi....”
“Hmmm... hmm♡”
“............!”
Lidah Serina menyelinap masuk ke dalam mulut Minato.
Lidah yang panas dan lembut bergerak di sekitar mulut Minato.
“Nn, chuchu♡ Hmm... mmu, nn, chu... ♡”
Serina menjadi tak terkendali dan mencium Minato, lalu membelitkan lidahnya dengan lidah Minato.
Minato tidak menyangka gadis berambut hitam dan berpenampilan rapi ini tiba-tiba memberinya ciuman yang begitu berani.
Meskipun Minato kewalahan, namun kelembutan bibir Serina dan panasnya lidah Serina terlalu menyenangkan untuk dilepaskan.
Tidak, seolah-olah Minato sedang diserang oleh Serina.
“Chu, chu♡ Nh, churu... Minato, kun... Nh, chu♡”
“Tolong, jangan terlalu kasar seperti itu ... hmm”
Ucapan Minato terhenti karena Serina kembali menciumnya dengan lembut melepaskan bibirnya.
“Ini adalah ciuman yang seharusnya dilakukan, kan? Seperti adegan di film yang pernah ku tonton sebelumnya, ya seperti ini ...”
“Tidak juga, di dalam film juga ada adegan ciuman yang lebih lembut ... “
“Mungkin ... “
Wajah Serina menjadi merah padam.
“Maaf ... tetapi ... kamu sudah melihat celana dalamku seperti itu, jadi kupikir mungkin kamu senang dengan ciuman yang lebih intens seperti ini, Minato-kun ...”
“Ah, tidak! Kamu tidak perlu minta maaf! Serina, tadi itu luar biasa ...”
“A-aku senang rasanya kamu menikmatinya ... karena ini pertama kalinya bagiku ...”
“Pertama kali? Ini pertama kalinya kamu berciuman ... dan kamu melakukan ciuman dengan sangat intens seperti itu?
“Ma-Maafkan aku ... berani-beraninya aku yang tidak berpengalaman melakukan hal yang memalukan seperti ini ...”
“Ah, kamu tidak perlu minta maaf. Itu sungguh benar-benar ciuman yang luar biasa!”
“Aku senang kamu merasa bahagia ... Padahal, bagiku ini adalah ciuman pertamaku ...”
Bibir cantik Serina memang memberikan sensasi yang luar biasa.
Dan yang lebih penting, Minato bahkan mendapatkan ciuman pertama dari gadis yang polos seperti Serina ...
“Aku ingin menjadi lebih baik dalam mencium ... dan, aku tidak sehebat Aoi-san ...”
“Kamu tidak perlu khawatir tentang hal itu.”
“Eh?”
Sambil sedikit melingkarkan tangannya di lengan Minato, tiba-tiba posisi Serina dan Minato berubah, dan Minato tergeletak di tempat tidur dengan posisi menghadap ke atas.
“Ah, apa yang baru saja terjadi?”
“Ini adalah teknik bela diri yang sederhana. Aku mungkin tidak kuat, tapi aku bisa membuat pria terjatuh hanya dengan menggerakkan pinggulku.”
“... Serina memiliki bakat yang tak terduga, ya. Aku bahkan tidak tahu kapan kamu melemparkanku.”
Meskipun hanya sebentar, dia merasakan tubuhnya terangkat, tetapi tidak merasa sakit.
“Kamu bisa memberi tahuku apa yang kamu lakukan dengan Aoi-san kemarin? Aku ingin melakukanya juga.....”
“......”
“Aku teman Minato-kun juga, kan?”
Mungkin, Serina menyadari apa yang Minato dan Hazuki lakukan kemarin.
Apakah dia menyadarinya ketika dia datang ke ruangan ini, atau mungkin dia telah menyadarinya sejak awal?
“Tunggu? Hei, apa yang kamu lakukan?”
Tidak seperti biasanya, Serina yang bersikap dengan tenang. Tampaknya, Minato tidak bisa melarikan diri.
“Ya, aku memintanya untuk membiarkanku mengentotnya.....Apakah itu sesuatu yang buruk?”
“Tidak, jadi biarkan aku melakukannya dengan mu juga...”
Seperti yang diharapkan, wajah Serina menjadi merah padam.
Dia pasti sudah membayangkan secara spesifik apa yang kedua temannya lakukan ketika mereka absen dari sekolah.
“T-tapi... terserah pada Aoi-san dan aku untuk memutuskan apakah itu yang terburuk atau tidak.”
Serina melepas blazernya dan mulai membuka kancing blus putihnya.
Melalui celah di antara blus, Minato dapat melihat belahan dada antara bra putih dan payudaranya yang agak besar.
“Aku rasa ini bukan yang terburuk... Jika kamu bertanya kepadaku... aku yakin aku tidak akan bisa menolaknya. Aku ingin ‘bermain’ dengan teman tercintaku, seperti Aoi-san...”
“Apakah kamu tidak apa-apa dengan ini?”
“Ya...”
“Sebenarnya, aku ingin mengajak Serina dari awal, tetapi...”
“Hah? Ada apa...?”
“Tidak, itu sulit, jadi ayo kita lakukan"
Meskipun percakapan berjalan dengan suasana hati yang baik, sepertinya Minato terlalu banyak bicara. Akan merepotkan jika suasana hati Serina berubah karena hal seperti ini.
“Saat ini, seharusnya tidak sulit bagi Minato-kun untuk bertanya padaku...”
Serina tersenyum malu-malu dan berkata.....
“Di-disini... apa kamu ingin melihatnya lagi?”
“Ah”
Serina menurunkan bra putihnya untuk memperlihatkan puting merah mudanya yang lucu.
“Ini cukup besar juga...”
“Ukuranku adalah D-cup...”
Meskipun tidak sebagus F-cup milik Hazuki, itu masih cukup besar.
Kegembiraan Minato mencapai puncaknya ketika dia mendengar ukuran spesifiknya.
“Ta-tapi... hari ini, kita tidak bisa hanya selesai dengan payudara, kan...?”
“Mungkin, malah tidak mungkin untuk menyelesaikannya... Tapi Serina, mari kita mulai dengan ini...“
Sedikit demi sedikit, Minato mendekatkan wajahnya pada puting merah muda Serina dan meletakkan bibirnya disana....
“Dasar kamu ini, jika kamu mengalihkan pandanganmu darinya sejenak, dia akan langsung jadi akrab dengan siapapun.”
“... Hazuki...!”
“Ah, Aoi-san...!”
“Hai, Minato, Ruka♡”
Minato dan Serina buru-buru bangun dari tempat tidur-
Minato berbalik menghadap gadis gyaru dengan tampilan mencolok yang berdiri tepat di sampingku.
“Hmm ... jadi maksudmu ‘masih ada sisah tujuh biji’?”
“Minato? Kalau dipikir-pikir, hal seperti itu baru saja terjadi di LINE...”
Serina, yang duduk di tempat tidur lagi, memiringkan kepalanya dengan tatapan kosong.
Minato dalam diam mengangguk.
Untuk saat ini, aku berhasil menjelaskan pada Hazuki bagaimana kami berdua hanya berdua saja sampai saat ini.
“Lain kali, aku akan membelikannya untuk Serina...”
“Orang ini akan selalu siap untuk mengentot denganmu tau!”
“Tapi Hazuki kamu tadi sepertinya menghitungnya, jadi kamu memutuskan untuk menggunakannya untuk Serina juga, bukankah akan lebih mudah menghitungnya jika kamu menyiapkannya secara terpisah?”
“Sepertinya begitu, tapi sebenarnya tidak begitu! Selain itu, tiba-tiba saja Minato memanggil Ruka dengan nama biasa tanpa menggunakan Honorifik –san lagi.”
“Minato-kun sudah melihat dada dan celana dalamku, tapi dia masih memanggilku dengan sebutan -san? Bukankah itu akan aneh?”
“Ketika aku berbicara dengan Minato, semakin lama aku semakin bingung tentang apa yang aneh dan apa yang benar...”
“Benarkah?”
Minato menjawab dengan sangat serius, berhadapan dengan kedua teman perempuannya.
Mereka berdua hanya setuju untuk memenuhi permintaan Minato, tidak lebih dari itu.
“Apa hanya aku yang aneh ya? Hmmm, semakin aku berpikir, semakin pusing kepalaku.”
“Apakah kamu baik-baik saja, Aoi-san?” tanya Ruka dengan perhatian.
“Kamu juga membuatku bingung, Ruka. Tapi, hmmm... yah, sudahlah”
“Tapi pasti dalam waktu dekat akan kembali memanggilmu menggunakan honorifik –san lagi. Tidak masalah, maksudku... Sekarang aku mengerti! Jadi, kalini kalian berdua sedang ‘bermain’ bersama, ya!” Hazuki mengatakannya sambil tertawa.
“Kamu benar, tapi kemarin kamu ‘bermain’ berduaan dengan Minato, bukan?”
“Oh, benar juga. Jadi ini berarti seri ya”
Hazuki meraih tangan Serina yang berada di atas tempat tidur dan mereka berdua berjabat tangan.
Minato dan Hazuki telah melewati garis yang memisahkan mereka, sementara Minato dan Serina belum, jadi mereka tidak bisa mengatakan “seri” seperti Hazuki dan Serina.
Tentu saja, Minato tidak mencoba untuk menciptakan suasana tegang dengan komentar yang kikuk seperti itu.
“Hmmm, Ruka begitu menggemaskan sehingga wajar saja kalau Minato sampai ingin memintanya.”
“Kyaah, Aoi-san...!”
Serina merasa malu ketika Aoi mengecup pipinya dengan lembut.
“Kamu sangat menggemaskan, jadi pastinya itu alasan Minato ingin melakukannya juga dengan mu.”
“Hey, tunggu sebentar, aku juga ingin menciumnya!” kata Minato.
“Kenapa sih!”
Serina menggelengkan kepalanya dengan kesal, tapi Minato juga ingin mencoba merasakan sentuhan lembut dari bibir Serina.
“Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Jadi, boleh aku menciummu juga”
“Apakah kamu benar-benar memberikan izin untuk ini, Aoi-san?” Serina berkata dengan agak ragu-ragu.
Minato melumat bibir Serina dan menciumnya, mengecupnya dengan lembut seolah-olah mengisapnya.
Setelah menikmati kelembutan itu, akhirnya Minato melepaskan bibirnya.
“Wah... Ruka, ciumanmu lebih lama dariku...!”
“Tidak, tapi lebih intens, sih...” kata Serina dengan malu-malu.
‘Kenapa kalian berdua bertengkar?’ dalam hati Minato hampir saja menimpali, tetapi dia mengurungkan niatnya dan memilih untuk tidak ikut campur demi menjaga suasana yang damai.
“Kalian berdua melakukan ciuman yang luar biasa. Mulai sekarang, aku bisa mencium kalian berdua sesuka hatiku, kan?”
“Apa kita benar-benar mengizinkannya?” tanya keduanya.
“T-tapi... Minato-kun terlihat lebih agresif dari yang kubayangkan...”
“Kalau begitu, aku ingin tahu bibir yang mana yang paling kamu sukai?” goda Hazuki.
Sadar akan pandangan tajam dari kedua teman perempuannya, Minato berkata...
“Semua bibir kalian luar biasa, tentu saja. Baik Ruka maupun Hazuki rasanya sangat enak.”
“Hmm, jawaban mu hampir mendekati kebenaran, tapi aku akan memaafkanmu karena menjawab dengan cepat” kata Hazuki
“Namun, jelas terlihat bahwa Ruka masih belum puas dengan hasilnya.”
Melakukan kompromi sepertinya tidak berkerja dalam situasi seperti ini.
“Baiklah, saatnya untuk mulai membuat rencanakan untuk langkah selanjutnya,” kata Hazuki
“Maaf, tapi apa maksudmu dengan membuat rencanakan untuk langkah selanjutnya?”
Seperti yang diduga, Minato tidak bisa menahan diri untuk tidak mengomentari situasi ini.
“Kita sudah membicarakannya, bukan? Kali ini, kita akan pergi bersama.”
“Pergi? Kemana?” tanya Minato.
“Pada awalnya, rencananya hanya aku dan Minato yang akan pergi, tetapi sekarang sepertinya Ruka juga harus ikut bersama kita. Jadi... kita akan pergi ke taman bermain dan menginap bersama!”
Post a Comment