NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Onna tomodachi wa tanomeba igaito ya-ra sete kureru - Volume 1 - Chapter 10 [IND]



Translator: Kujou

Editor: Qirin.

Chapter 10 - Teman Perempuan, Jika Aku Merayunya, Dia Akan Selalu Melakukan Hal ‘Itu’ Kapan Saja



 Pada hari-hari biasa, taman hiburan fairland lebih sepi dari yang diperkirakan.l

Meskipun antrian untuk atraksi dan wahana hiburan masih cukup panjang, ada dua gadis berdiri di depan Minato dengan bersemangat dan berbincang-bincang.


“Ini adalah wahana yang baru itu, kan? Ini juga pertama kalinya aku naik wahana sejenis ini.”


“Sepertinya agak menakutkan, tapi aku sangat menantikannya.”


Dengan masih memakai blazer dan kardigan berwarna pink serta rok mini dengan motif kotak-kotak, Aoi Hazuki berdiri di sana. 


Sementara itu, Ruka Serina memakai blazer juga, dipadukan dengan sweater berwarna krem dan rok selutut dengan motif kotak-kotak. Keduanya datang ke taman hiburan menggunakan seragam sekolah.


Datang ke taman hiburan fairland dengan memakai seragam sekolah adalah ide Hazuki. 


Meskipun tidak terlalu aneh bagi pelajar SMA untuk bermain di taman hiburan pada hari biasa, tapi memakai seragam adalah hal yang sedikit terasa aneh.


Seolah-olah mereka sedang berada dalam kencan seragam, tetapi Hazuki berharap agar penampilan ini tetap menjadi diri mereka sendiri seperti biasanya. 

Meskipun Minato tidak memiliki masalah dengan memakai seragam untuk pergi ke taman hiburan, tapi dia masih merasa sedikit enggan.


“Tapi, Minato tidak benar-benar mau mamakainya, kan?”


“Tentu saja, kamu tetap terlihat bagus dengan seragam sekolah itu, Minato-kun.”


“Kalau itu adalah pendapat jujur kalian, maka hentikan senyuman nakalmu itu, Hazuki, Serina.”


Minato mengeluh, Hazuki dan Serina saling pandang lalu tertawa.


“Baiklah, aku akan membiarkannya. Tapi kami berdua terlihat bagus dengan ini, bukan?”


“Ini memang agak memalukan sih, tapi rasanya menyenangkan juga.”


Hazuki dan Serina memakai hiasan kepala berbentuk telinga kucing.

Di taman hiburan ini, banyak gadis remaja yang memakainya. 

Begitu kami memasuki taman hiburan, Hazuki langsung membelinya dan berhasil meyakinkan Serina untuk membeli satu juga.


Bando berbentuk telinga kucing ini mayoritas dipakai oleh perempuan saja, dan Minato tidak memiliki keberanian untuk memakainya. Namun, dia mengakui...


“Haa, pergi ke taman hiburan dengan memakai seragam sekolah.. itu memang curang, ya...”


“Hehe, kan? Kan? ♡”


“Haha... ini memang agak memalukan sih... ♡”



Menambahkan accecoris yang tidak biasa dipakai dengan seragam sekolah memang terlihat sangat lah cantik. 


Meskipun keduanya pasti akan terlihat menggemaskan dalam pakaian biasa, tetap saja seragam sekolah adalah pilihan yang tepat.


“Karena kita harus menunggu antrian lama, kita harus tampil cantik dan memompa semangat!”


“Aoi-san selalu bersemangat sepanjang waktu, kan?”


“Hari ini istimewa. Nah, karena kita bukan sepasang kekasih, jadi kita tidak akan kesal meskipun harus menunggu lama dan tidak akan ada jimat kencan yang ikut terlibat juga.”


Keduanya berteriak-teriak riang. 

Meskipun Hazuki selalu seperti ini, Serina yang biasanya menjadi gadis yang tenang juga terlihat menggemaskan dalam semangatnya.


Meskipun Minato tidak bisa tampil modis dan menunjukkan semangat seperti mereka, hanya melihat dua gadis bersemangat itu saja sudah membuatnya ikut bersemangat juga.


Mereka bertiga sesekali berciuman dan bersenang-senang dengan memperlihat pakaian dalam mereka, serta menikmati momen yang indah bersama, terutama dengan Hazuki. 


Dia bahkan telah setuju untuk melakukan sesuatu yang lebih intim setelah permintaan yang tulus.


Kedua gadis ini sangat cantik hingga orang-orang yang berpapasan dengan mereka terutama para pria, tak henti-hentinya memandang mereka.


Mereka sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama, dan hari ini mereka berencana untuk bersenang-senang di Fairland dengan memakai seragam sekolah.


Rasanya sulit dipercaya bahwa kebahagiaan seperti ini bisa terjadi dan Minato hampir tidak percaya bahwa ini adalah kenyataan.


“Fairland, ini sudah cukup lama sejak kunjunganku terakhir, tapi hari ini adalah pertama kalinya aku merasa begitu senang saat aku mengunjungi tempat ini.”


“Aku juga merasa lebih bahagia daripada saat pertaman kalinya aku datang kemari.”


“Ruka mengatakan ini adalah kunjungan pertamanya, tapi sepertinya dia benar-benar menikmatinya. Aku juga senang sekali.”


Kami berdua duduk berdampingan di bangku sambil menikmati minuman kami. 

Saat itu, Serina pergi ke toilet dan kami menunggu dia kembali.


“Aku agak khawatir pada Serina.”


“Apakah kamu khawatir tentang masalah di sekolah?”


Mereka bertiga memutuskan untuk membolos sekolah pada hari biasa untuk bersenang-senang di sini. 


Minato memberi alasan menghadiri acara keluarga, Hazuki berbohong bahwa dia akan berkencan seharian penuh dengan pacarnya, dan Serina pura-pura sedang sakit demam.

 

Teman-teman sekelas mulai curiga karena mereka tahu bahwa ketiga orang ini sangat dekat satu sama lain akhir-akhir ini, tetapi mereka bersikeras bahwa ini hanya kebetulan semata. 


Mungkin sebagian dari mereka meragukan alasan tersebut, tapi mereka tidak akan pernah menduga bahwa kami bertiga benar-benar menghabiskan waktu bersama semalam penuh.


“Kita hanya bersenang-senang saja, tidak kurang dan tidak lebih.”


“Ya, benar. Kita hanya bersenang-senang saja.”


“Tapi, sebenarnya bukan itu masalahnya. Aku malah lebih khawatir dengan Minato” 


“Aku? Aku yakin orang tuaku tidak akan mempermasalahkan apapun jika mereka tahu aku pergi bermain.”


“Aduh, maksudku Minato, kamu tahu kan?” 


“Hmm...?”


“Yang jelas malam ini, kamu akan terlalu bersemangat untuk menantikan saat kamu bermain-main dengan dada kami....”


“Hei!?!”


Dengan lembut, Hazuki menempelkan payudaranya pada lengan Minato. 


Rasa nikmat saat memijat dan mengisap payudara yang lezat kembali terbayang dalam pikirannya. 

Tentu saja, malam ini tidak akan berhenti hanya pada menghisap payudara meraka saja....


“Yah, tapi aku merasa senang bahwa Minato juga menikmati perjalanan ke fairland,” kata Hazuki.


“Tentu saja, itu sudah pasti...itu adalah satu hal dan yang lain adalah hal yang berbeda”


“Ngomong- ngomong , apakah kamu membawa itu? Aku tidak membawanya, lho saat ini”


“Oh, ya. Aku membawa dua kotak baru...” 


“Tampaknya kamu terlalu bersemangat!”


“A-aku hanya mempersiapkan diri saja!”


Memang, Minato tidak berniat untuk menghabiskan dua puluh empat buah dalam semalam. 


Dia belum berpikir akan menggunakan yang untuk Serina, dan mungkin hanya akan menggunakan enam atau tujuh untuk Hazuki.


“Memang benar, meskipun kita menginap, waktu kita hanya dari malam ini hingga besok pagi, jadi pastikan kamu bermain sepuasnya hari ini” 


“Iya, aku ingin bermain siang hari. Aku juga pasti ingin melihat parade pada malam hari nanti.”


“Betul sekali. Jika Minato mengatakan bahwa kamu ingin menghabiskan malam di kamar hotel, itu akan menjadi perdebatan.”


“Perdebatan ya...” 


Ternyata, Hazuki juga berpikir bahwa bermain di kamar hotel saat malam hari juga bisa menjadi pilihan. 


Tentu saja, Minato juga tidak sabar menantikan kesenangan yang akan dia rasakan di kamar hotel, tetapi karena Hazuki dan Serina sedang menikmati fairland bersama, dia akan dengan senang hati menemani mereka berdua.


“Kita mendapatkan kamar yang bagus, meskipun harganya sangat mengagetkan.”


“Bagus ya... aku tidak bisa membeli game untuk beberapa waktu kedepan.”


“Tapi, pasti akan menyenangkan, kan? Berada bersama-sama... di kamar yang besar.”


“Ya, mungkin begitu...”


“Eh, hei! Itu Aoi, bukan?!”


“Hah?”


“............”


Hazuki terkejut dan Minato tetap diam. Beberapa gadis mendekati mereka di depan bangku yang mereka duduki.


“Oh, itu benar, Ringo! Sudah lama tidak bertemu... ya.”


“Ya, ya, sudah cukup lama! Aku tidak menyangka akan bertemu di tempat dengan mu di tempat seperti ini!”


Salah satu dari kelompok gadis itu berdiri tepat di depan Hazuki.

Hazuki juga berdiri dan mereka saling berpegangan tangan, dan berpelukan karena kegembiraan.


Gadis itu memiliki rambut pirang pendek yang mencolok. Dia mengenakan kemeja jeans yang menampakkan pusarnya, dengan tank top mini terlihat di bawah jaket jeans. Penampilannya sangat mencolok.


Gadis itu namanya Ringo, melirik Minato sebentar.


“Eh, mungkin... kamu adalah pacar Aoi, bukan? Wah, Aoi punya pacar sekarang! Padahal bahkan di sekolah menengah dia tidak pernah punya pacar!”


“Kami hanya teman, teman. Kalian berdua juga membolos sekolah untuk bermain di Fairland?”


Hazuki tampaknya sudah pulih dari keterkejutan dan berbicara dengan santai.


“Aoi juga membolos. Yah, ini adalah pesta setelah ujian tengah semester, bukan?”


“Oh, kami juga pesta setelah ujian. Banyak wajah yang tidak aku kenal di sini.”


Hazuki melihat kelompok gadis yang berhenti agak jauh dari mereka. 


Tampaknya Ringo, yang sama seperti Hazuki, sedang berkunjung untuk bermain dengan teman-temannya dari sekolah yang berbeda.


“Kelompok kita agak terpisah-pisah, ya. Oh, maaf, aku segera kembali!” 

Ringo berkata kepada gadis-gadis dalam kelompoknya.


“Ayo, lebih baik kembali secepatnya, Ringo. Kita sudah datang ke Fairland, jangan sia-siakan waktu satu detik pun,” kata gadis lain di dalam kelompok itu.


“Hahaha, meskipun kami datang untuk bermain, tapi kami cukup sibuk. Aoi, mari bermain lagi lain waktu ya!”


“Tunggu sebentar, Ringo,” ucap Hazuki tiba-tiba.


“Eh?”


“Kamu kan dulu tinggal dekat dengan Ena, ya? Apa kamu sering bertemu dengannya akhir-akhir ini?”


“Hmm, tidak terlalu sering. Kita bertemu hanya untuk saling menyapa saja. Dia sekarang juga sudah masuk sekolah yang bagus, dia pasti juga punya banyak tugas sekolah.” jawab Ringo dengan wajah sedikit bingung.


“Aku paham, begitu ya. Maaf, aku menghentikanmu,” kata Hazuki dengan santai.


“Tidak apa-apa. Sampai jumpa!” Jawab Ringo, lalu kembali ke kelompok gadisnya dan pergi.


Hazuki tersenyum dan melambaikan tangannya.... Dia kembali ke kelompoknya dan pergi.


Hazuki menghela nafas dan kembali duduk di bangku.


“Maaf, Minato. Aku bahkan tidak bisa memperkenalkan kalian.”


“Seorang gadis yang membolos sekolah untuk bermain di Fairland, tentu aku tidak bisa saling pandang dengannya.”


“Tidak bisa saling pandang!? Tapi, Minato juga membolos sekolah untuk bermain di sini kan!”


Hazuki terkejut, tapi Minato tidak bercanda.

Minato bukan tipe orang yang bergaul dengan gadis-gadis berpenampilan mencolok, karena dia bukanlah sosok yang populer.


Minato harus menganggap Hazuki sebagai pengecualian yang khusus dalam kasus ini.


“Ena, dia...,” ucap Hazuki lalu tersenyum pahit, Hazuki akan bercerita dan tiba-tiba....


“Maaf telah menunggu.”


Serina kembali dengan wajah yang sedikit merah, memanggil mereka.


Meskipun mereka berteman, sepertinya dia malu untuk mengatakan tentang pergi ke toilet di depan teman laki-lakinya.


“Selamat datang kembali. Minato tadi bilang dia ingin segera menyusu Ruka, lho.”


“Eh...!?”


“Tunggu, dengar! Aku sama sekali tidak mengatakannya!”


“Eh... Apakah kamu benar-benar ingin menyusu ku?”


“Tentu saja ingin, tapi...”


Percakapan ini menjadi semakin konyol bagi Minato. 

Melihat ekspresi sedih di wajah Serina, dia akhirnya menjawab dengan serius.


“Memang benar ukuranku jauh lebih kecil dari milik Aoi-san, tapi bentuknya lebih baik punyaku, jadi...”


“Tunggu dulu, milikku juga besar dan bentuknya sempurna!”


“Sungguh aneh... Seharusnya ukuran yang sebesar itu biasanya akan kendur, kan?”


“Payudara milikku tetap kencang berkat remasan!”


“Tidak tidak, hentikan ini masih siang. Mari tinggalkan pembicaraan semacam itu untuk saat ini.”


“Ya, benar juga, kamu benar.”


“Aduh, karena Minato mesum, jadi pembicaraan menjadi aneh.”


“Kan tadi Hazuki yang mulai dulu!”


“Kyaa~♡”


Saat itu Hazuki berpura-pura ketakutan dengan itu dia bisa berpura-pura memeluk Serina. 

Ini hanyalah candaan antara teman biasa. Terlepas dari konten percakapan mereka.


“Baiklah, mari kita lanjut. Kita harus menaklukkan semua atraksi utama!”


“Hazuki selalu bersemangat ya.”


“Tentu saja, aku berbeda dari orang-orang yang introvert.”


Minato dan Serina tersenyum pahit mengikuti Hazuki yang riang.


“Eh, Minato-kun?”


“Apa yang salah?”


“Apakah ada yang terjadi dengan Aoi-san? Sepertinya dia dalam keadaan aneh...”


“...Memang. Tadi aku kebetulan bertemu dengan orang yang sama dari SMP.”


Minato menjawab tanpa menyembunyikan apa pun. 

Serina mungkin tampak seperti dia tidak mengetahui apa-apa, tapi sebenarnya dia cukup cerdas, jadi dia akan dengan cepat mengetahui jika ada sesuatu yang disembunyikan.


Meskipun mereka datang untuk bersenang-senang, Minato tidak ingin menciptakan suasana yang tidak nyaman dengan menyembunyikan sesuatu.


“Katanya dia bernama Ringo.”


“Ringo... apakah itu nama panggilan untuk Ena-san?”


“Iya, dia gadis berambut pirang dengan potongan rambut pendek.”


“Wah... Minato-kun, kamu memperhatikan detailnya dengan baik ya...”


“Tidak, tidak, siapa yang tidak akan merasa khawatir ketika melihat seseorang mengenakan pakaian yang menunjukkan pusarnya meskipun sudah bulan Oktober?”


“Hee... kamu benar-benar memerhatikan hal-hal kecil, ya Minato-kun...”


Minato tidak sengaja melihat pusar Ringo, tapi itu adalah hal yang biasa bagi seorang pria.


“Tentu saja, tapi ... Aoi-san tampaknya memiliki hubungan yang baik dengan Rin. Mengapa Aoi-san terlihat sedih?” 


“Entahlah ... Sepertinya mereka masih baik-baik saja,” jawab Minato sambil menggelengkan kepalanya kecil.


Sebenarnya, Minato memiliki beberapa dugaan, tetapi dia tidak yakin dengan pasti.


“Tunggu sebentar! Kalian berdua begitu lamban! Aku hampir terkejut karena berjalan sendirian!” bentak Hazuki.


“Oh, ya, maaf.”


“Ma-maafkan kami, Aoi-san. Kami akan segera kesana sekarang.”


Setelah mengatakan itu Minato dan Serina buru-buru mengejar Hazuki yang terlihat sedang marah.

Sambil tertawa bersama, mereka bergerak menuju atraksi berikutnya.


Di siang hari, mereka menikmati semua atraksi di taman hiburan, dan pada malam hari, mereka menonton pertunjukan parade yang indah ...


Minato, Hazuki dan Serina mereka bertiga masuk ke dalam kamar hotel yang telah mereka pesan sebelumnya.


Kamar itu cukup luas untuk tiga orang, dengan satu tempat tidur ganda dan bahkan ada tempat tidur cadangan jika dibutuhkan.


“Kyaa, Aoi-san ... Tolong jangan mengincar dadaku saat mandi ...”


“Ini harus dicuci dengan baik.”


“............”


Minato berada di dalam bak mandi, memandangi dua gadis yang bermain-main dari sana. 


Setelah bermain sepanjang hari, mereka sepakat untuk mandi terlebih dahulu untuk menghilangkan keringat dan mereka bertiga akan mandi bersama. 

Semuanya terasa seperti mimpi, namun ini adalah kenyataan.


"Hey Minato Kenapa kamu memandangi kami begitu? Nakal ya~ ♡"


"Eh, sungguh nakal ya, Minato-kun..."


"Sepertinya kamu mulai menumbuhkan ketertarikan dengan leherku yang terlihat, kan?"


Kedua gadis terkejut, namun mereka sendiri juga tak bisa menahan rasa penasaran terhadap bagian yang dibicarakan. 


Hazuki memiliki rambut panjang berwarna teh susu yang diikat dengan jepit, sedangkan Serina memakai rambut hitam panjangnya dalam ekor kuda.


"Tentu saja, tapi bukan hanya itu saja. Setelah kamu mengatakan begitu, aku baru menyadari bahwa ini pertama kali aku melihat kalian berdua tanpa sehelai benang pun." 


"Jangan bilang begitu. Terkadang Minato selalu ingin meminta kita untuk setengah telanjang, kan..." 


"Minato-kun, kamu punya obsesi dengan wanita berpenampilan setengah telanjang, ya..."


Mereka berdua tampak kesal, dan tentu saja mereka berdua telanjang bulat.

Kulit mereka putih bersih, meskipun Serina tampak lebih putih dari Hazuki. 


Sebenarnya, keduanya menutupi tubuh bagian depan mereka dengan handuk. Namun, Hazuki hanya asal menutupi bagian depan tubuhnya dengan handuk, sehingga payudaranya yang berukuran F nyaris terlihat seluruhnya, termasuk puting merah muda yang juga terlihat. 


Serina menutupi payudaranya, namun punggungnya yang putih bersih dan pantat mungilnya masih terlihat semua.


"Memang benar, tanpa memakai bra, payudara terasa meloncat-loncat dengan bebas, ya..."


"Kenapa kamu begitu kagum, Minato!!”


"S-sungguh, kamu bicara begitu dengan sangat lugas... aku yang mendengarnya pun sampai merasa malu..."


Hazuki dan Serina segera menjauh dari Minato setelah merasa cukup, dan saat itu pula payudara ukuran F-nya bergoyang-goyang, begitu pula dengan payudara Serina yang berukuran D yang masih tertutup handuk.


“Tidak apa-apa, hari ini sepertinya Minato tidak akan berakhir dengan hanya meremas payudara kita saja, jadi kita harus mencuci bagian dada harus dengan lebih berhati-hati.”


“I-iya, meskipun aku dihisap... kyaa... atur sedikit air shower-nya, tolong...” 


Hazuki menggenggam kepala shower dan menyiramkan air ke berbagai bagian tubuh Serina. 


Tak terpikirkan sebelumnya bahwa mereka akan menginap bersama di hotel Fairland dan bahkan mandi bersama. 


Lebih mengejutkan lagi, kedua orang tersebut adalah gadis-gadis cantik yang bersaing menjadi yang terbaik di sekolah, Hazuki dan Serina. 


“Kamu terlalu lama menatap kami, Minato!”


“A-aku merasa malu... jika dilihat dengan tatapan seperti itu...”


Minato segera keluar dari bak mandi dengan agak buru-buru. 


“Kyaah... ♡” 


“Kamu-kamu sangat percaya diri...” 


“Mungkin memang tidak baik bagiku untuk menyembunyikannya sendiri.” 


“Wa-walaupun itu tidak buruk tapi... sungguh luar biasa...” 


“I-iya...” 


Hazuki menjadi merah padam tetapi tetap sesekali mencuri pandang dengan Minato.


Serina juga menutupi wajahnya dengan tangan, tetapi matanya masih melihat lewat celah-celah jari yang ramping.


Memang agak memalukan, tetapi sejak awal Hazuki sudah sering membuat mereka malu, jadi sekarang dia tidak bisa lari dari situasi yang dia ciptakan sendiri. 


“Yang lebih pentingnya lagi, karena aku sudah mendengarkan permohonanmu untuk mandi bersama, sekarang giliranmu untuk mendengarkan permohonanku.” 


“A-apa? Apa maksudmu?” 


“Ah...” 


Hazuki bingung, sementara Serina tampaknya sudah mengerti sesuatu. 


Serina, sambil menutupi dadanya, berkata...


“B-bisakah kamu mencuci tubuhku, Minato-kun?”


Tidak mungkin Minato hanya bisa duduk dan menonton dua gadis yang ssedang telanjang ini.


Karena ini adalah pemandian khusus, Minato harus ‘memainkan’ sesuatu yang hanya bisa dilakukan di bak mandi.


“Kamu yang memintanya, jadi ayo kita cuci keduanya sampai bersih.”


“Eh, kalau kamu mencucinya... tidakkah kamu akan melakukan sesuatu yang akan membuatnya menjadi lebih kotor lagi?”


“A-aku tidak peduli jika aku menjadi kotor lagi...”


“... untuk saat ini, ayo kita bersihkan dulu.”


Seperti biasa, Serina secara misterius terlalu toleran terhadap keinginan mesum Minato.


“T-tidak apa-apa, tapi... buatlah menjadi lebih bersih, oke?”


“Tolonglah bersikap baik...♡”


Hazuki yang telanjang dan Serina meringkuk di dekat Minato.

Rasa dari payudara ditransmisikan ke lengan dan dada Minato.


“Hmm, chu... ♡”


“Ah, hanya Aoi-san......aku juga dong......♡”


Hazuki tiba-tiba mencium Minato dan ketika Hazuki selesai, Serina segera mencium Minato dengan bibir lembutnya.

Minato merespon dengan menjulurkan lidahnya sebagai balasannya ....


“Ha, nn, nn... chu, chu ♡”


“Nn, nn... Lidah Aoi-san juga... mengenai aku... Nn♡”


Minato, Hazuki, dan Serina menjulurkan lidah mereka dan saling bertautan.


Tak disangka, mencium dua gadis cantik di saat yang sama dan mereka berdua memperlihatkan tubuh telanjangan terbaik mereka.


Dua tonjolan F-cup yang berat, tonjolan D-cup milik Serina, yang mungkin lebih kecil dalam ukurannya tetapi lebih unggul dalam bentuk dan kelembutannya.


Rasanya kalah dibandingkan dengan cup F, tetapi ukuran payudara Serina lebih dari cukup.


Selain itu, kulitnya yang terasa halus dan aroma manis yang samar-samar, sungguh menggiurkan.


Setelah mencium mereka berdua, Minato membasuh tubuh mereka ke setiap sudut dan celah.


“Hei, hei, kamu bisa sejauh itu dengan jari-jarimu...!


“A-Aku sangat berhati-hati dengan dadaku... ah, kali ini pahaku terasa seperti digelitik♡”


Hanya dengan menyentuh bagian dada dan bokong, serta perut dan paha melalui handuk, mereka berdua sudah merasakan sensasi yang tak tertahankan.


Minato merasakan sentuhan terbaik, membersihkan dan mengotori tubuh mereka, dan membersihkannya lagi....


“Fiuh... sangat enak ketika kita bertiga berendam di dalamnya.”


“Baik Serina dan aku memang kurus, tapi itu tidak masuk akal.”


“Hei, ini sedikit sempit... ahhh♡ ada yang mengenai pantatku...”


Minato berada di tengah-tengah bak mandi, Serina duduk di pangkuannya, dan Hazuki memeluknya dari belakang, mendorong payudaranya.


Bak mandi di hotel ini tidak kecil, terutama untuk dua orang perempuan, tetapi sulit bagi tiga orang untuk masuk.


“Aku berharap aku bisa tinggal di kamar dengan bak mandi yang lebih besar.”


“Ya, tapi yang segini saja harganya sudah cukup mahal.”


“Hei... ayo kita cari hotel lain kali, dengan memprioritaskan ukuran kamar mandi.”


Hazuki berdiri dan duduk di tepi bak mandi.


“Kyaa, ayolah, jangan mengelus pahaku.”


“Oh, maafkan aku.”


Meski begitu, Minato tidak berhenti mencolek paha Hazuki.


“Kyaa... Mi-Minato-kun... kamu tidak boleh mencubit dengan keras...♡”


Sambil mengusap dada Serina dengan satu tangan, minato menarik pitungnya dengan erat.


Terjepit di antara dua gadis, dia berendam di bak mandi air hangat.


Malam yang mereka bertiga dihabiskan bersama dimulai.

Mandi ini masih merupakan pertempuran awal.


“Oh, ayolah, kamu terlalu banyak menghisap... ♡”


“Yann, nn... Semua payudara ada di dalam mulutmu...♡”


Minato, Hazuki, dan Serina keluar dari kamar mandi, mengeringkan rambut mereka, mengenakan pakaian mereka, dan kemudian...

Segera, Minato meminta mereka berdua untuk membiarkannya menikmati payudara mereka.


“Ha, ah... ha... idiot... meskipun itu tidak terlalu sulit. Aku akan membiarkanmu menghisap sebanyak yang kamu mau...”


“Haa, payudaraku lengket... Aku malu karena puting payudaraku begitu kencang...”


Hazuki dan Serina dilepaskan dari pelukan Minato, yang telah mencicipi payudara dua gadis cantik, dan berbaring di tempat tidur ganda.

Hazuki dan Serina bergegas mengganti seragam mereka.


Itu adalah seragam yang istimewa, jadi minato ingin menikmatinya lagi dengan seragam. 

Keduanya langsung menerima permintaan Minato.


“Entah bagaimana, ini lebih memalukan daripada telanjang...”


Hazuki melepas kardigan, memperlihatkan bagian depan blus putihnya, dan hanya payudara kirinya yang terlihat dengan menggeser bra hitamnya.


Serina juga mengenakan blus putih, dan sisi kanan bra putihnya terbuka, memperlihatkan putingnya yang lucu.

Air liur Minato menempel di payudara telanjang mereka berdua.


“Wow, aku minta maaf... Itu sangat erotis ketika kalian berdua mengenakan pakaian, jadi itu agak tidak seimbang...”


“Tapi, itu sebabnya kamu mengajak kami untuk keluar dari kamar mandi dan tiba-tiba datang untuk menghisap payudaraku?”


“Aku baik-baik saja karena kamu memintanya dengan baik...”


“Bahkan aku... yah, jika kamu memintaku, aku tidak akan menolaknya...”


Hazuki dan Serina juga mengenakan telinga kucing lagi.

Selain itu, satu payudara terekspos, dan roknya sedikit terangkat untuk memperlihatkan paha mereka.

Minato belum pernah melihat gadis-gadis dengan penampilan yang sangat erotis seperti ini.


“Ah, itu benar... Aoi-san, Minato-kun...”


“Itu benar... Uuu, tak peduli berapa kali aku melakukannya, itu memalukan...”


“Hazuki, Serina.”


Minato berdiri di samping tempat tidur dan meletakkan tangannya di atas kaki kedua orang yang berbaring.


“Hazuki, Serina, aku ingin kalian berdua menunjukkan celana dalam kalian...!”


“Kamu mengatakannya dengan bangga.....idiot♡”


“Oh, aku tidak bisa menahannya jika kamu memintanya... tidak apa-apa♡”


Hazuki dan Serina berbaring di tempat tidur, meringkuk berdekatan....

Minato mengulurkan tangannya dan dengan lembut membalikkan rok mereka.


Hazuki memakai celana hitam yang seksi, dan Serina memakai celana putih yang rapi....


“Wow... Bagaimanapun juga, celana kalian berdua adalah yang paling erotis...”


“Ah, itu adalah kalimat yang bodoh, bukan?”


“Itu hanya selembar kain...!?”


Minato mendorong wajahnya diantara paha keduanya yang rapat.

Paha yang halus, kenyal dan elastis.


“Hei, hei, kamu terlihat seperti orang mesum...♡”


“Ya, yaan... itu geli sekali♡”


Minato merasakan kehalusan dan elastisitas yang luar biasa dari paha Hazuki dan Serina, mengagumi celana dalam hitam dan putih yang berkelap-kelip di apandangannya...


“Aku juga ingin melihat kedua payudara kalian....”


“Bah, apa kamu tidak bodoh? Kamu hanya melepas setengahnya dengan terburu-buru, kan?”


“Silakan rasakan payudaraku sepuasnya...”


Hazuki duduk dan melepaskan bra-nya, memperlihatkan kedua payudaranya yang montok yang berukuran F-cup.


Serina masih berbaring telentang, dan menarik bra-nya untuk memperlihatkan payudaranya yang cukup besar.


“Karena kita hanya berdua... Ruka, mari kita letakkan pria Minato di antara kedua payudara kita hari ini. Orang ini pasti akan merasa sangat senang♡”


“Oh, apa kamu akan memegangnya diantara payudaramu... A-aku tidak apa-apa...♡”


Hazuki dan Serina saling menempelkan tubuh mereka satu sama lain, dan payudara mereka juga saling tumpang tindih karenanya.


“Oh... Kedua payudara kalian terlihat lezat...!”


“Ini bukan makanan!”


“Aku belum cukup sampai di situ... kamu bisa menghisapku sebanyak yang kamu mau malam ini.....”


Mereka berdua sudah saling berpelukan, payudara yang berukuran F-cup dan D-cup saling mendorong satu sama lain, dan ujung puting merah muda yang tajam juga bersentuhan.


Belum pernah ada pemandangan yang lebih erotis dari ini.


“Payudara Aoi-san lembut... Ah, tolong tunggu sebentar.”


“Apa, ada apa, Ruka?”


“Karena Aoi-san lebih besar dariku... Apa kamu akan membiarkan Minato-kun membandingkan mereka?”


“Tidak, itu tidak benar. Minato menyukai hal-hal yang besar dan hal-hal yang kecil.”


“Tentu saja”


Minato mengangguk dengan penuh semangat. Minato berniat untuk memainkan kedua payudara mereka yang berukuran F-cup dan D-cup secara setara.


“Aku ingin memainkan payudara Hazuki dan Serina, dan aku ingin menikmati bibir kalian sepenuhnya juga.”


“Orang ini bisa melakukan sebanyak yang dia suka... tapi tidak apa-apa. Kamu tidak bisa melakukan apapun hanya dengan payudara Ruga, kan? Gunakan aku sesukamu♡”


“Wa, bahkan jika itu hanya dadaku...ha, bahkan jika itu tidak bisa dicubit...seperti menggosok...ada begitu banyak cara untuk melakukannya!”


 “Apa yang kamu bicarakan?” 


Minato ingin membalas, tetapi dia ragu-ragu untuk bertanya secara spesifik.

Sepertinya Serina bisa bermain lebih banyak daripada sebelumnya....


Payudara Serina memang kecil dibandingkan dengan Hazuki, tapi masih cukup besar dari kebanyakan gadis.

Minato mencubit dada itu dengan menariknya dari kiri ke kanan lalu sedikit bermain-main dengan menariknya ke arah tengah.


“Masih banyak waktu. Biarkan aku melakukan hal-hal yang belum pernah aku lakukan kepada kalian.”


“Hehh, mau bagaimana lagi... Apa kamu akan menghabiskan dua kotak?”


“A-aku belum sampai di situ... Minato-kun, kamu tahu banyak tentang bagaimana melakukannya...?”


“Aku juga tidak tahu banyak tentang hal itu, tetapi ada banyak hal yang ingin aku lakukan.”


“Aku rasa aku akan tahu dunia yang tidak aku kenal juga...”


Ketika Serina mencondongkan tubuhnya ke depan—

Hazuki mendekati Minato seolah-olah sedang berkelahi.


Minato bisa melihat payudara F-cup dan D-cup mereka bergoyang, dan putingnya yang lucu mengeras.


“Ah, jika hanya untuk sekali ini, aku akan membiarkannya apa adanya... tidak apa-apa ♡”


“Ah! Aku juga... Aku akan menaruhnya di dada Aoi-san, dan pada akhirnya aku akan memasukkannya ke dalam mulutku... tapi tidak apa-apa ♡”


Kali ini Hazuki dan Serina bersebelahan.

Hazuki memamerkan payudara F-cup-nya.


Sambil memamerkan payudara D-cup-nya, Serina membuka mulut kecilnya sedikit dan meletakkan jarinya ke bibirnya.


Selain terjepit di antara payudara besar, pada akhirnya mulut Serina....

Bahkan Minato tidak pernah membayangkan bahwa ia akan bisa merasakan surga sampai sejauh ini.


“Kalian berdua, apakah kalian terlalu bersemangat hari ini?”


“Itu karena...”


“.....”


Kedua teman wanita itu saling pandang.


“Hari ini sangat menyenangkan, kan?”


“Iya, karena hari ini sangat menyenangkan.”


Keduanya tersenyum sambil saling pandang, kemudian berkata secara bersamaan.


Meskipun tampilan dan kepribadian kedua teman wanita Minato sangat berbeda, mereka sepertinya sangat cocok satu sama lain.


Kedua wanita itu selalu selaras dan dengan senang hati menjawab permintaan Minato, memperbolehkannya melakukan apa pun yang diinginkannya...



Mereka memberiku kesenangan yang luar biasa.

Minato berharap malam yang menyenangkan bersama teman-teman wanitanya bisa berlanjut selamanya.


“Ruka, dia sudah tidur, ya?”


“Sebenarnya, mungkin Serina yang paling bersemangat.”


Minato telah mengganti pakaian menjadi kaos T-shirt dan celana pendek yang nyaman, dan duduk di sofa di kamarnya.


Sementara itu, Hazuki yang duduk di sebelahnya sudah melepaskan bando berbentul telinga kucingnya dan sedang merapikan seragamnya.


Dengan kamar yang mahal seperti ini, sofa nya pun sangat nyaman.


Di tempat tidur double sekitar dua meter dari sofa itu, Serina tertidur dengan nyenyak.


“Mungkin kamu adalah orang pertama yang berhasil membawa ruka merasa bahagia dengan sejujurnya di pesta ini. Minato, apakah kau menjadi orang pertama yang memberikannya pada ruga?”


“Jangan bercanda...”


Sesuatu yang berharga bagi Serina, dia masih belum menerima itu.

Dia dengan susah payah menahan diri untuk tidak melangkah melewati ‘batas’ itu.


Sensasi di mulutnya begitu nikmat sehingga hampir saja dia melewati batas itu pada ronde berikutnya.

Dia berhasil menahannya ketika diberi dukungan ganda dari dada Hazuki dan Serina.


“Jika aku tidak bisa mendapatkan keduanya, baik itu payudaramu ataupun Serina, mungkin aku akan menyesal.”


“Walaupun pertama kali, malam ini kamu sudah memperoleh semuanya.”


“Itu terdengar agak kasar...”


“Haha, kamu bahkan berpikir untuk menyelipkan diri di antara paha kami.”


“Maaf...” 


Kata Minato sambil merasa malu saat dia memikirkan kembali apa yang telah dilakukannya.


Untuk sementara, Minato tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang telah terjadi. 


Dia merasa malu untuk mengingatnya. Yang bisa dia ingat adalah bahwa paha Serina terasa lembut dan mulus, itu memberikan sensai yang sangat menyenangkan sekali.


Dia tidak mengharapkan bahwa dia akan selesai hanya dengan sentuhan itu, bahkan mungkin dia bisa melanjutkan untuk yang kedua kalinya.


Seluruh tubuh Serina terasa begitu nikmat, dari kulitnya yang putih mulus, payudara yang berukuran besar dan kenyal, paha yang lembut, bokong kecil dan lembut.


Ini benar-benar menakjubkan bahwa dia berhasil menahan diri untuk menikmati kenikmatan terakhir itu.


“Masih ada satu tempat yang paling nikmat, kan?” 

“Ooh, jadi kamu memikirkan itu, dan berpikir bahwa bermain-main denganku hanya sembrono, huh?” 


“T-tentu saja tidak! Lihatlah ini!” 


Kata Minato sambil menunjukkan kotak baru berisi dua belas biji yang telah dibuka Serina.


Sudah lima yang dia gunakan... dan yang terburuk adalah, satu di antaranya bahkan tidak dia gunakan sama sekali.


Berpikir tentang berapa banyak yang telah dia lakukan pada dadanya, mulutnya, dan lainnya...


“K-kira-kira, aku belum menggunakan satu pun pada Serina, jadi jangan terlalu sembarangan!” 


“Uhh... tapi, Serina juga mengatakan bahwa aku bisa menggunakannya di mana saja di tubuhnya, kan?”


“Gadis itu memang berani... apakah biasanya ada seseorang yang akan mengatakan sesuatu seperti itu?”


Sambil mengarahkan pandangannya ke tempat tidur double, Minato memandangi Serina yang sedang tidur dengan perasaan campur aduk.


“Kamu, sebenarnya terlalu berlebihan kepada Ruka karena dia tidak melawan. Kalau begitu ... mungkin kamu seharusnya lebih banyak ‘bermain’ dengan ku.”


“Jadi, mungkin kali ini aku akan bermain dengan paha Hazuki juga.”


“Kamu, bodoh! Benar-benar bodoh!”


Hazuki memerah dan menatap Minato dengan marah, lalu berkata...


“Walaupun paha sudah bagus tapi ada tempat yang lebih nikmat, kan? Menggunakan yang itu, terlihat agak cabul...”


“Cabul, ya. Tidak, mungkin istilah itu tidak bagus.”


“Aku sih tidak masalah, kok? Bagiku itu cukup seksi, tahu ♡”


“Cukup seksi, ya?”


Ternyata Hazuki tertarik pada hal-hal aneh yang membuatnya bersemangat. 

Minato tidak bisa berkomentar banyak karena dia pun tidak bisa dibilang suci.


“Tapi ... siapa yang bisa membayangkan bahwa Minato dan aku akan tidur bersama di tempat seperti ini? Ini sungguh tak pernah terpikirkan...”


“Bagiku juga begitu. Tidak pernah ku bayangkan bahwa aku bisa ‘bersenang-senang’ dengan Aoi Hazuki...”


Hazuki adalah ratu di kalangan anak-anak populer, seorang gadis cantik yang sepertinya hidup di dunia yang berbeda meskipun kita masih berada di kelas yang sama. 


Tidak mungkin Minato bisa membayangkan bisa menghabiskan waktu dan bersenang-senang dengan Hazuki dan berakhir bisa menikmati tubuh satu sama lain.


“Hanya dengan datang ke taman bermain bersama Hazuki sudah terasa seperti sebuah dongeng yang menjadi kenyataan.”


“Iya, orang lain pasti sulit mendapatkan kesempatan seperti ini dengan Aoi Hazuki, kan?”


“Ternyata Hazuki cukup berharga, ya?”


“Ya, begitu lah♡”


Hazuki memberikan ciuman ringan, dan Minato meletakkan tangannya dengan lembut di dadanya dan mencoba meremasnya.


“Ngg... sudah, sudahlah. Kamu sudah meremasnya dengan puas tadi ♡”


“Serius, dadamu sungguh menakjubkan... ini pasti bukan mimpi, kan?”


"Minato, kamu terlalu meragukan kenyataan, kan? Ini tentu bukanlah mimpi, lihatlah, perasaan yang menyenangkan seperti ini."


Hazuki mencium bibir dan pipi Minato dengan lembut.


"Kamu juga luar biasa, Minato. Jika kamu mendekatiku dengan begitu antusias, aku tak bisa berpikir apa-apa lagi... Dan, aku bahkan mengatakan kalau kita tak perlu mengenakannya di akhir."

(kondom)

"Waktu yang kita habiskan untuk mengenakannya pun menyiksa... Aku tak bisa menunggu lebih lama."


"Aku juga, begitu pun Minato... Jika ada hal-hal seperti itu di antara kita, itu akan mengganggu. Kita hanya teman, jadi kita tidak membutuhkan hal-hal seperti itu ♡"


Hazuki mencium Minato lagi. Minato membalas ciuman itu, dan keduanya sepenuhnya terpaku pada bibir masing-masing, lalu berhenti.


"Ah... bahkan hanya dengan ciuman, pikiranku menjadi kosong. Minato, betapa kamu menyukai bibirku."


"Tentu saja, bibirmu yang begitu lembut, aku ingin merasakannya berulang-ulang lagi dan lagi. Dan... seluruh tubuhmu, aku menyukainya di setiap bagian."


"Di tempat tidur, kamu hampir melepas seragamku, dan di kamar mandi, kamu terus menatapku yang sedang telanjang."


Hazuki tersenyum licik, membuka kancing blusnya, dan memamerkan dadanya yang ternyata tidak memakai bra.


Meskipun Minato sudah melihatnya cukup banyak hari ini, payudara itu tetap terlalu erotis.


"Kamu tetap memandangiku terus, kan? Dasar nakal ♡"


"Ohh, jadi kamu seperti itu, seperti anak kecil. Ah, apakah kamu akan menyembunyikannya lagi?"


"Lebih baik menunjukkannya sebentar dengan begitu itu akan membuatnya lebih berharga, bukan? Ah, mandi juga menyenangkan. Karena itu, mandi itu penting. Berikutnya, kita harus mendapatkan kamar mandi yang cukup besar untuk tiga orang agar bisa bersantai saat berendam bersama."


"Itu akan sangat mahal, ya..."


Meskipun dia menghela nafas, Minato tetap mengingat kamar mandi yang dia gunakan bersama Hatsuki dan Serina.


"Aku tak menyangka dia akan membersihkan tubuhmu dengan dadanya, gadis itu terlalu berani, kan?"


“Mungkin lebih dari pada hazuki, dia akan melakukan apa saja jika dimintai bantuan... Ah, kita saling membersihkan tubuh satau sama lain terus-menerus dan bergantian, tapi tetap saja setelah itu akan kembali kotor lagi, kemudian mencucinya lagi, hingga berada dalam siklus seperti itu dan tak berujung di kamar mandi.”


“Walaupun kamar mandinya lebih besar dari pada yang ada di rumah kita, tapi dengan tiga orang di dalamnya, bak mandinya terasa sempit. Tapi jika bak mandinya cukup besar untuk tiga orang agar bisa berendam dengan nyaman, mungkin kita akan terus berada dalam siklus yang tak berujung itu.”


“Meskipun kita bermain dari pagi hingga malam dan menonton parade, meski begitu tetapi kita tetap memiliki begitu banyak energi yang tersisa untuk ‘bermain’, bukan?”


Sambil tersenyum, Hazuki memeluk Minato dari depan dengan lembut, duduk di atas pangkuannya.


“Tapi dengar, Minato.”


“Hm?”


“Aku menjadi teman Minato lebih dulu daripada Ruka, jadi jangan terlalu fokus pada Ruka, ya? Kalau kamu terlalu asyik dengan Ruka, aku juga bisa cemburu, tahu?”


“Cemburu, ya. Apa kamu benar-benar selalu seimut ini?”


“Ya-ya. Aku selalu menggemaskan, tahu.”


“Bersaing untuk peringkat satu atau dua di kelas, ya.”


“Komentar yang perlu diperhatikan oleh Ruka juga. Bodoh. Cium♡”


Sambil tetap berpelukan, keduanya saling mencium dengan lembut.

Mereka melakukannya tanpa ragu dan dilakukan berulang kali.


“Tidak, aku tahu. Aku tidak akan terlalu fokus pada Serina saja.”


“Walaupun dia adalah gadis yang cantik tetapi kamu masih memperhatikanku dengan baik” 


Hazuki tertawa ringan. Setelah mereka berpelukan dan berciuman berulang kali, tiba-tiba wajah Hazuki yang tadinya meleleh menjadi serius.


“N-nah, Hazuki? B-bisakah kita melakukannya sekali lagi?”


“Bodoh. Kalau begitu sih boleh... Tapi, tunggu sebentar.”


Hazuki menempatkan jari telunjuknya di bibir Minato, lalu menempelkan jari itu ke bibirnya sendiri.


Setelah itu, tiba-tiba dia berdiri dari sofa dan berjalan menuju jendela.

Minato tidak begitu mengerti apa yang sedang terjadi.


Tapi sepertinya ini bukan tentang melakukan sesuatu sekali lagi.


“Hey, Minato”


“Ada apa, Hazuki?”


Hazuki tidak berbalik dan terus menatap keluar dari jendela.

Minato berdiri lalu berjalan ke arah Hazuki dan berhenti tepat di belakangnya.


“...Hei, kamu bertemu teman-teman dari SMP-ku hari ini, kan?”


“Iya...”


“Apakah kamu penasaran tentang mereka? Apakah kamu menahan diri karena aku?”


“Aku tidak akan mengorek-ngorek semuanya masalalu mu, tapi bukan berarti aku akan mencampuri segala hal.”


“Lebih baik kamu menahan diri dari hal yang mesum, aku serius tentang itu.”


Hazuki berbalik dan sedikit mendorong bahu Minato.


“Tapi, baiklah, aku dalam suasana hati yang baik hari ini, jadi aku akan berbagi sedikit tentang masa laluku. Aku ingin Minato tahu tentang itu.”


“.......”


Hazuki melihat pemandangan malam yang terang-benderang dari Fairland di luar jendela dan melanjutkan,


“Kamu tahu, dulu aku terlihat biasa saja, kan?”


“Biasa saja, ya?”


Meskipun make up nya cukup ringan , dan warna rambut dengan nuansa cokelat yang tampak sangat alami, dibandingkan dengan Serina, dia mungkin dianggap sedikit lebih mencolok."


“Tapi sampai sekitar SMP, aku tidak seperti ini. Aku lebih cenderung menjadi tidak menonjol. Pandai dalam olahraga tapi buruk dalam pelajaran, dan aku hanya menjadi… wanita yang biasa saja.”


“Biasa saja...”


“Hah, kamu tidak terlalu terkejut, Minato?”


“...Jangan pedulikan itu. Aku memang terkejut, meski begitu.”


“Itu cara yang aneh untuk mengatakannya.”


Hazuki tersenyum getir, dan memang, Minato benar-benar terkejut.

Bahwa seorang kecantikan yang berdiri di ujung keeksentrikan dulu adalah sosok yang tidak menonjol seperti itu...


Tidak banyak cerita yang lebih mengejutkan daripada itu.


“Namun perlu kamu tahu, bahwa waktu aku masih SMP, seorang gadis yang tadi mengundangku masuk ke dalam kelompoknya, yang mengatakan ‘Kamu lucu.’”


“Seperti kalimat rayuan...” 


Minato terkejut bahwa seseorang akan mengundang orang lain ke dalam grupnya dengan alasan semacam itu. 


“Nah, aku memang tidak mencolok, tapi seperti yang bisa kamu lihat, aku punya wajah yang lucu” 


“...Aku tidak bisa menyangkal itu” 


Meski Hazuki tidak menggunakan makeup saat ini, dia secara alami cantik sampai membuat hatinya berdebar. 


Bahkan di antara anggota cewek-cewek populer, dia tidak akan kalah cantik dari mereka.


“Tapi, dari awal aku sudah punya kemampuan berkomunikasi, dan aku punya cukup banyak teman. Ketika aku bergabung dengan grup itu, lingkaran pertemananku berkembang dengan pesat” 


“Aku mengerti,” anggukan Minato setuju.


“Kenapa reaksimu begitu? ‘Aku mengerti’ adalah respons yang aneh tahu. Yah, tapi tidak masalah” Kata Hazuki, sambil berbalik dan bersandar di jendela.


“Eh, gadis yang mengundangku, Ena, adalah pemimpin dari grup itu. Tapi entah bagaimana, semua orang malah berkumpul di sekitarku.”


“Jadi posisi pemimpin berpindah tangan...” 


“Betul. Berkat Ena, kehidupan sekolahku berubah, tapi kemudian dia mengambil alih posisi pemimpin. Gadis itu licik!” 


Kara Hazuki, setengah bercanda, dengan senyum samar.


“Pasti ada perbedaan dengan Ena. Karena dia pintar, kami akhirnya masuk ke sekolah yang berbeda, dan sekarang kami bahkan tidak berhubungan lagi. Rasanya seperti aku telah merusak segalanya.”


“Ya... tapi apakah kalian masih berteman?”

“Aku tidak tahu... di benakku, kami masih berteman, tapi kami tidak pernah bertemu, tidak berkomunikasi lagi, dan hubungan kami mulai merenggang... mungkin ini bukanlah arti sebenarnya dari persahabatan.”


“Eh, Hazuki, jadi kamu mengajakku karena itu? Aku ditolak oleh Azusa Kotone, yang tercantik di kelas, dan itu membuatku merasa down.”


Azusa Kotone, gadis pertama yang menjadi teman perempuan Minato.

Tak mudah melupakan perpisahan dengan dia, bahkan setelah beberapa bulan berlalu.


“Saat aku memintamu untuk mengajariku pelajaran, kamu tidak begitu menyadari alasan di balik itu. Tapi mungkin memang benar begitu. Meski ada masalah dengan Momo, tapi bukan hanya itu yang membuatku tertarik padamu” 


“Hazuki, kau benar-benar menyimpan banyak rahasia, ya?” 


Sepertinya alasan Hazuki mendekati Minato yang canggung bukanlah hal sederhana.


“Maaf. Tapi, aku bingung kapan harus mengungkapkan tentang Momo dan masa laluku.”


“Memang begitu... ya.”


Kata Minato. Tentu saja Minato telah lupa tentang pencarian Momo, dan tiba-tiba harus mendengarkan cerita tentang masa lalu dari Hazuki pasti membuatnya bingung.


“Tetapi perlu kamu tahu, sebenarnya aku tertarik padamu dari dulu. Aku dengan cepat menyadari bahwa hubunganmu dengan Azusa jadi rumit.”


“Oh, begitu ya”  


Setelah menemukan Momo yang hilang, Hazuki mulai peduli pada Minato. 

Melihat Minato yang terlihat sedih dan seperti dia beberapa waktu lalu, Hazuki merasa ingin mengajaknya bicara.


“Sebenarnya, aku merasa ragu-ragu meskipun aku bersenang-senang bersama teman-teman dalam kelompokku sekarang. Aku merebut posisi Ena dan sekarang berada di tempatku sekarang.”


“Bukan berarti kamu sengaja merebutnya. Mungkin kamu yang terlalu memikirkannya?” 


“Kupikir aku hanya mencari alasan untuk menghibur diri sendiri. Jika Ena yang mengatakannya, mungkin akan memberi berbeda”


Minato mengangguk dan berdiri di samping Hazuki, menatap keluar jendela.


“Setelah aku merasa dekat denganmu dan mencoba mengajakmu bicara, aku merasa senang. Yah, mungkin itu kebetulan, tapi aku benar-benar menyukai berada di dekatmu. Bersamamu aku bisa merasakan kesenangan berada bersama mereka lagi.”


“Benarkah...” 


Minato menghembuskan nafas dan kemudian mengeluarkan smartphone dari saku, mengoperasikan aplikasi kamera...


“Hazuki, lihat ini sebentar” 


“Hmm? Ini apa... kenapa kamu punya foto ini!?”


Hazuki terkejut dan buru-buru merebut smartphone dari Minato, lalu mulai memeriksanya.


Di sana terdapat foto Aoi Hazuki, dengan rambut hitam dan tanpa makeup, ketika dia masih SMP...


“Aku minta Serina untuk menunjukkan album lulusan SMP kalian” 


“Serius!? ”


“Saat itu aku memotretnya seperti catatan. Hazuki, kini kamu benar-benar berbeda.”


“Ah, berisik banget. Manusia memang bisa berubah. Ruka itu sungguh mengganggu dengan apa yang kamu tunjukkan.”


“Serina tidak bersalah. Aku yang memohon padanya.”


Minato melihat Serina yang tertidur dengan napas kecilnya. 

Dia mengenakan kamisol putih dan celana putih yang memperlihatkan bahu rampingnya dan celana dalamnya. 


Gadis sopan ini memang terlihat kurang waspada, tapi dia menghargai privasi orang lain. 


Terhadap permintaan yang tiba-tiba dari Minato, Serina tampak bingung apakah dia boleh menunjukkan masa lalu Hazuki atau tidak.


“Karena aku ingin menjadi teman Hazuki. Aku harus memastikan sesuatu.”


Ketika Minato menjelaskan alasannya, Serina tidak bertanya lebih lanjut dan menunjukkan album kelulusan saat SMP.


“Aku merasa kalau Hazuki pasti punya hubungan khusus dengan seseorang di masa lalu. Dan, kamu juga membiarkanku melakukan apa saja dan mengizinkanku ‘bersenang-senang’ denganmu. Itu benar-benar terasa aneh bagiku.”


“Hmm, jadi kamu mencari-cari tahu tentang masa laluku, ya?”


Tatapan tajam dari Hazuki ditujukan ke Minato.

Ya, Minato telah mengetahui bahwa Hazuki dulunya adalah gadis yang pendiam sebelum bergabung dengan kelompok anak-anak populer.


“Selama masa SMA, aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Jadi, mungkin terjadi saat masa SMP.”


“Minato-kun, kamu adalah detektif yang hebat.”


“Bukan detektif, hanya prasangka biasa. Selain itu, kamu juga sudah tahu tentangku sejak dulu, tapi pura-pura tidak tahu. Itu akan menjadi kesepakatan yang adil.”


“Haha, kamu pintar menghadapinya. Baiklah, kalau begitu.”


“Terima kasih. Oh ya, satu lagi. Berkat Hazuki sepertinya aku menjadi lebih berani dalam berkomunikasi dengan orang lain.”


“Eh? Tunggu, apakah ada lagi?”


Minato mengambil ponsel dari Hazuki tanpa menjawab pertanyaan Hazuki dan dia mulai mengoperasikannya.


“Lihat, Hazuki.”


Kali ini dia tidak menunjukkan foto, tapi memutar sebuah video.


“Halo, sudah lama tidak bertemu.”


“Eh, Ena...!?”


Hazuki terkejut ketika melihat video di ponsel Minato.

Dalam video itu, ada seorang gadis dengan rambut hitam berpotongan bob yang dulunya mengajak Hazuki bergabung dengan kelompok anak-anak yang populer, yaitu Ena Koharu.


“Kaget banget tiba-tiba Minato nyapa aku. Ah, mungkin dia juga kaget lihat penampilanku sekarang? Dulu pas SMP, rambutku warna pink loh.”


“Rambutmu sekarang hitam... Aku gak pernah lihat Ena berambut hitam waktu SMP...”


“Karena ini adalah sekolah unggulan, jadi peraturannya lebih ketat. Aku juga harus pura-pura jadi orang serius dan patuh pada aturan supaya tidak terlihat aneh.”


Sepertinya ucapan Hazuki terdengar oleh gadis di layar.

Tentu saja ini bukan panggilan video, tapi video yang diambil sebelumnya.


“Nanti, datanglah langsung. Kalau ketawa, aku bakal ngamuk, tapi... serius deh, kali ini kita harus ketemu. Aku bilang dulu ya, aku suka Aoi. Aku bisa bilang hal seperti ini tanpa rasa malu.”


Lalu video itu berhenti.

Meski durasinya hanya tiga puluh detik, video itu memberikan dampak besar bagi Hazuki.


Hazuki terpaku, matanya dan mulutnya terbuka, tampak terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat.


“Meski Hazuki juga tidak terlalu banyak memberi tahu, kalau kamu penasaran tentang masa lalu Hazuki waktu SMP, coba untuk bertemu dengan Koharu-san” 


“...Dasar Minato. Selain itu, Ruka juga, bikin rahasia-rahasiaan di belakangku...”


“Tapi dengar sini!”


“Ya, ada apa, Hazuki?”


“Aku memberanikan diri untuk membicarakan masa lalu ku yang memalukanku ini! Minato, kenapa kamu tahu tentang hal-hal yang tidak kupahami?”


“Ah, aku sama sekali tidak tahu tentang situasi mu sebelumnya. Dan Koharu-san juga tidak mengatakan apa-apa. Dia Cuma bilang, ‘Tunjukkan video ini ke Aoi’.”


“Hmm... sepertinya kalian semua adalah pengkhianat, tapi kali ini ku maaf, kan...”


Sambil mengatakan itu, Hazuki masih tampak kurang puas.


Namun, karena Minato bingung bagaimana cara bertanya tentang masa lalu Hazuki atau menunjukkan video Ena Koharu, dia berharap Hazuki tidak terlalu marah.


“Baiklah... Aku juga bisa bersenang-senang dengan teman-teman ku yang baru, dan saat-saat bersamamu, Minato itu juga menyenangkan dan kalau Ruka juga ikut, akan lebih menyenangkan lagi.”


Hazuki mencium Minato.


“Jika aku bisa berteman dengan orang baru dan kembali bersama teman-teman lama... ya, itu bukanlah hal yang buruk.”


“Benar, kan?” kata Minato.


Sepertinya Minato diberi izin untuk bertindak sesuka hati.


“Nanti, aku akan pergi ketemu Ena.”


“Meskipun pun begitu, Aoi Hazuki adalah teman Minato yang paling penting. Itu adalah hal yang paling berarti bagiku” 


Kata Hazuki sambil merangkul Minato dengan erat, menekan dadanya ke tubuh Minato.


Minato juga memeluk tubuh mungil Hazuki dengan penuh kasih....


“Bagiku juga aku, hal yang paling berarti adalah bersama Hazuki” ucap Minato sambil tersenyum.


“Kamu sadar akan hal yang bagus, Minato.”


Setelah berpelukan erat, tiba-tiba mereka berdua melihat ke arah tempat tidur.

Kemudian....


“Eh? Apa yang sedang kalian lakukan, Minato-kun, Aoi-san?”


Minato dan Hazuki terbaring di atas tempat tidur dan Serina tertidur di antara mereka.


“Jika seseorang tidur lebih dulu dalam perjalanan kelompok, dia akan dijahili loh, Ruka.” 


“Dan aku juga ingin lebih banyak menggoda Serina.” 


“S-sesuatu semacam itu... Kya, jangan, ah~♡”


Minato dan Hazuki membuat kamisol Serina terbuka, meperlihatkan payudara D-cup-nya yang tidak munggunakan bra.


Minato meremas payudara Serina dari sebelah kanan, sementara Hazuki meremas dari sebelah kiri, lalu menyapu putingnya dengan lidah.


“T-Tidak hanya Minato-kun, tapi juga Aoi-san juga... Ah, jangan... meskipun itu tidak masalah!”


“Kalau begitu, bukankah ini akan baik-baik saja?”


“Ruka, kamu terlalu mudah menerima semuanya. Jika kamu tidak waspada, Minato benar-benar akan memperlakukanmu seperti miliknya. Dia bahkan akan membelimu sebanyak dua belas kotak khusus untuk Ruka”


“A-Aku tidak masalah... aku tidak perlu itu selamanya, kan?”


“Ehhhh?”


“Hei Minato... aku juga, malam ini tidak masalah tanpa itu, tahu?... berapa kali pun, itu tidak masalah” 


Tampaknya Hazuki sedang mengatakan hal yang serius.

Setelah mengungkapkan dirinya yang masih di sekolah SMP, Hazuki jadi semakin berani.


“Meskipun aku bukan pacarmu, tapi... apa aku boleh lebih dari sekali melakukannya...?”


“kita bukan pacar, hanya teman, tapi... berapa kali pun, itu tidak masalah♡”


“Aku juga bukan pacar, hanya teman... jadi tidak masalah kapan saja♡”


Tidak hanya Hazuki, tapi Serina juga menjadi lebih berani.

Perjumpaan dengan dua gadis cantik, Aoi Hazuki dan Ruka Serina, dan waktu mereka bersama hingga hari ini, menciptakan kebahagiaan seperti ini.


Minato bertekad untuk tidak pernah kehilangan persahabatan dengan kedua gadis itu.


Dia tidak ingin mengalami kegagalan dalam hubungan persahabatan sekali pun.




Post a Comment

Post a Comment