NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Seishun Nishuume no Ore ga Yarinaosu, Botchina Kanojo Tono Youkyana Natsu Volume 2~ Interlude 3 [IND]

 


Penerjemah : Nobu


Proffreader : Nobu


Interlude 3: Monolog


     Aku mulai berpacaran dengannya saat aku kelas dua SMP.

     Aku menerima gambar dan surat di depan ladang bunga matahari favoritku, dan aku menerima perasaannya.

     Karena aku juga ... merasakan hal yang sama.

     Itu menyenangkan.

     Itu membuatku bahagia.

     Dia adalah orang yang lembut, tenang, namun terkadang juga dapat diandalkan ... Aku sangat menyukainya.

     Kami berdua melakukan banyak hal bersama.

     Kami merawat berbagai bunga di taman, berangkat dan pulang sekolah bersama, pergi ke festival musim panas, pergi berenang di laut, melihat bunga matahari bersama ....

     Kenangan-kenangan itu tidak terhitung jumlahnya.

     Semuanya bersinar cemerlang di album kenangan hatiku, dan aku yakin kenangan-kenangan itu akan terus bertambah.

     Dia melindungiku saat kecelakaan, hingga akhirnya tidak bisa menggambar lagi.

     Namun, itu tidak masalah. Meskipun dia tidak bisa melukis lagi, itu tidak apa-apa. Tentu saja, aku menyukai lukisannya. Tapi pada saat itu, ketika aku merasa ingin menghilang, yang memberi semangat padaku adalah lukisan bunga matahari pertamanya. Bukan karena aku ingin bersama dengan lukisannya.

     Aku menyukainya karena dia yang membuatnya, karena aku bisa merasakan perasaannya di sana ....

     Tapi, perasaanku ... tidak pernah sampai padanya.

     Seiring dengan hilangnya kemampuan melukisnya, dia perlahan-lahan menjadi semakin putus asa.

     Dia semakin sering minum alkohol dan sering keluar di malam hari.

     Dan pada akhirnya ... dia meninggal.

     Ya, begitulah.

     Seharusnya aku tidak pernah terlibat atau berhubungan dengannya.

     Aku meletakkan tanganku di atas tangannya yang dingin di atas tempat tidur.

     Tangan yang seharusnya masih hangat dan menciptakan banyak karya indah ....

     Sambil menggenggam tangannya erat-erat, aku mencium bibirnya dengan lembut.

     Aku tidak tahu kenapa aku melakukan itu.

     Mungkin itu karena perasaanku yang tidak terkendali, atau mungkin itu adalah upacara perpisahan.

     Tapi kemudian ... aku merasakan kesadaran yang menyimpang.

     Pandangan yang sudah basah oleh air mata semakin kabur, dan keramaian di sekitar terdengar semakin jauh seperti melalui filter.

     Rasanya seolah-olah pikiranku terpisah, meninggalkan tubuhku.

     Dan kemudian ... kesadaranku memudar.

     Saat aku hampir sepenuhnya jatuh ke dalam kegelapan, aku merasa seperti mencium aroma bunga matahari yang dulu pernah aku kenal.

     Itu adalah awal dari siklus yang panjang, sangat panjang.


Previous Chapter | ToC | Epilog

Post a Comment

Post a Comment