NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] JGeneki JK Idol-san wa Himajin no Ore ni Kyomi ga Arurashii Volume 2 - Chapter 3 [IND]

 


Penerjemah : Ryhn


Proffreader : Izhuna


Chapter 3 : Tampaknya Idola JK Saat Ini Tertarik Pacaran di Kamakura.



"Yuk, main lagi bersama kita, pasti ya."


Seminggu setelah pergi ke Yokohama.


Aku seperti biasa makan roti di kantin sambil mengingat kata-kata yang diucapkan Koikawa saat pulang dari Yokohama.


Bertemu lagi dengan Koikawa... itu pasti tidak mungkin.

Hanya dengan Sakurazaki saja jika ketahuan bisa jadi skandal besar, apalagi jika terhubung juga dengan idola lokal seperti Koikawa, itu bisa jadi masalah besar.


Aku bukan penggemar idola apalagi otaku idola, jadi aku tidak mengerti mengapa seorang idola mendekatiku, mungkin ada semacam daya tarik misterius...?


"Hah..."


Sambil membaca artikel tentang selebriti yang skandal di smartphone, aku merasa gugup karena merasa besok bisa jadi giliranku, ketika dua sosok siswa berhenti di depan meja ku.


"Wah, aku duduk di depan saja ya."


Nanamizawa dan Sakurazaki... eh? Tapi, seharusnya Sakurazaki tidak masuk hari ini.


Saat aku mengangkat wajah dari smartphone, yang ada di sana adalah—


"Halo, Himahara-san?"


Tidak disangka, itu Koikawa.


Seharusnya kedua orang ini tidak memiliki hubungan...


"Kalian berdua, teman, ya?"


"Eh? Kamu juga kenal dengan Koikawa-chan?"


Aku dan Nanamizawa saling bertukar pandangan bingung.


"Himahara-san pernah meminjamkan saya payung sebelumnya. Saat itulah kami bertemu."


Koiawa menjawab dengan senyuman menggantikan aku.


"Nanamizawa, bagaimana kamu bisa bertemu dengan Koikawa?"


"Aku? Aku itu..."


"Nanamizawa-san sangat baik lho? Baru-baru ini, saya diselamatkan olehnya saat diganggu oleh senior di belakang gedung olahraga. Seperti pangeran sungguhan."


"M-Mo, jangan memuji aku seperti itu, Koikawa-chan."


Nanamizawa malu-malu sambil menggoyangkan bahu Koiawa.

Saat aku meminjamkan Koikawa payung di bulan Juni, seharusnya Nanamizawa tidak memiliki hubungan dengan Koikawa.


Pasti Koikawa sengaja membuat kontak dengan Nanamizawa.


Saat aku tenggelam dalam imajinasi sendiri, Koiawa menatap mataku dan tanpa suara mengucapkan "benar sekali" dengan gerakan bibir.


Dia bahkan bisa membaca pikiranku...


"Hey, lihat Nanamizawa-san dan Koikawa-san bersama."


"Wah, lihat itu foto berdua mereka."


"Langka..."


Nanamizawa, bintang harapan tim voli, dan Koikawa, idola lokal yang disebut-sebut sebagai gadis jahil.


Perhatian siswa lain terpaku pada kedua orang terkenal itu bermain-main.


Tentu saja, jika mereka mendapat perhatian, itu berarti aku juga mendapat perhatian...


"Siapa anak laki-laki itu?"


"Orang itu... sepertinya aku pernah melihatnya bersama Sakurazaki-san di sini, tapi dia siapa?"


"Sepertinya orang yang suram, tapi kenalan mereka berdua ya?"


Dan ya, jadi beginilah.


"Himahara-san, ada yang tidak beres? Jika kamu merasa tidak enak badan, mau ke ruang kesehatan?"


Tampaknya karena ini di depan Nanamizawa, Koikawa jelas pura-pura jadi orang baik. Padahal sebelumnya dia terus memanggilku "Kou-kun" dan mengejekku.... Aku tidak mengerti apa yang diinginkan Koikawa. Fakta bahwa dia berinteraksi dengan Nanamizawa membuatku berpikir bahwa mungkin dia ingin menggangguku lagi.... Jika Sakurazaki dan Koikawa jadi punya hubungan, sepertinya akan jadi lebih ribet lagi.


"Di sekitarmu selalu ada gadis-gadis lucu ya? Tentu saja ada Nanamizawa, dan lihat, ada Nako-chan juga."


"Eh? Koikawa-chan kenal juga sama Nako-chan?"


"Iya, kami jadi teman kemarin saat les tambahan. Kita sama-sama idol jadi banyak yang bisa dibicarakan. Kami juga ngomongin tentangmu lho?"


Sakurazakiiii...! Apa yang kamu lakukan sih! Walaupun sesama pekerja seni, kamu ngomongin aku ke orang yang baru kenal beberapa menit....


Ini, harus ditelpon dan diberi ceramah nih pas pulang.


"Aku mau ke kantin dulu, kalian gimana?"


"Aku bawa bekal, jadi nggak perlu."


"Aku juga udah makan."


Begitu Nanamizawa pergi, ekspresi Koikawa berubah menjadi lebih serius.


"Kou-kun juga orang yang berdosa ya? Nggak cukup dengan idol populer seperti Nako-chan, kamu juga dekat dengan atlet wanita seperti Nanamizawa, dan bahkan berusaha menaklukan gadis cantik sepertiku."


"Hah... kamu mau aku mulai dari mana? Pertama-tama dari kamu?"


"Mulai dari aku? Wah, Kou-kun berani juga ya♡"


"Bising ah!"


Koikawa tertawa sambil membuka bungkusan bekalnya. Sebuah kotak bekal berbentuk oval kecil dibungkus di dalamnya, dan ketika dibuka, ternyata di dalamnya ada minuman jelly.


"Itu, apa ada gunanya kamu bawa dalam kotak bekal?"


"Kan jadi merasa seperti makan."


"....Jangan-jangan kamu 'diet'?"


"........"


"Karena makan terlalu banyak di Chinatown?"


"Bukan itu. Ini biasa buat aku."


Pasti gara-gara itu. Berada di sekitar Sakurazaki memang bikin persepsi jadi aneh, tapi ini yang normal kan... Aku juga, akhir-akhir ini, karena ikut-ikutan makan banyak sama Sakurazaki, berat badan aku naik.


"Kalau kamu terlalu masuk ke ranah pribadi gadis, mereka bakal benci lho?"


"Bagi aku, itu nggak masalah sih."


"Benarkah? Kalau misalnya aku mesra-mesraan sama cowok lain, kamu pasti akan kesal kan?"


"Nggak akan."


"Karena kamu punya Nako-chan, kan?"


"Makanya aku sama Sakurazaki itu bukan..."


"Kalau begitu, lain kali aku juga mau ikut 'menghabiskan waktu' bersama kalian."


"Hah?"


"Kalau kalian memang berkencan, aku seharusnya mundur. Tapi kalau nggak, nggak masalah kan?"


"Kalaupun kita berkencan, kamu juga nggak akan mundur kan?"


"… Ada rencana berikutnya untuk 'menghabiskan waktu' kalian?"


"Nggak bakal bilang."


"Aku dengar dari Nako-chan, akhir pekan ini kalian akan ke Kamakura."


"Sakurazaki…!"


Kenapa dia cerita-cerita sih!


"Kalau gitu, akhir pekan ini aku akan mengganggu kencan kalian berdua. Mohon kerjasamanya ya, Kou-kun♡"


Kalau sendirian sih masih mending, tapi jalan-jalan dengan dua idol SMA aktif… Aku, beneran sudah berakhir.



∆∆∆



Setelah itu, aku pulang ke rumah dan langsung telepon Sakurazaki via Lime.


"Hei-hei, Himahara-kun. Ada apa?"


"Aku cuma mau tanya sesuatu."


"Apa itu?"


"Kamu berteman dengan Koikawa Miyu?"


"Miyu-chan?"


Dari cara dia memanggil, aku bisa tahu seberapa dekat mereka.


Sama seperti Nanamizawa, ternyata Sakurazaki juga sudah akrab dengan Koi Kawa yang pura-pura baik itu.


"Miyu-chan itu, waktu pelajaran tambahan hari Minggu, kita kebetulan satu kelompok, dan dia yang mulai ngomong duluan. Karena sama-sama idol, jadi kita banyak yang bisa dibahas."


"He, hee…"


"Terus, waktu itu kita ke Yanaka, ternyata Miyu-chan juga ada di sana karena kerjaan idol di Yanaka Ginza! Katanya dia sempat lihat Himahara-kun."


Aku kira aku di-stalking, ternyata Koikawa ke Yanaka karena kerja.


Dan dia melihat aku dan Sakurazaki… sedang menghabiskan waktu.

Entah itu kebetulan atau sengaja, hanya Koikawa yang tahu.


"Aku dengar Miyu-chan juga akan ikut ke Kamakura akhir pekan ini."


"Kamu nggak suka, ya?"


Iya sih. Koikawa baru dikenal, dan sebenarnya rencana ke Kamakura itu untuk kami berdua…


"Tidak, Miyu-chan bilang dia juga senang, jadi nggak masalah kok."


"Eh…"


Jadi Sakurazaki nggak masalah kalau nggak berdua sama aku.


"……"


"Himahara-kun? Ada apa?"


"Nggak, nggak apa-apa. Nanti aku kasih tahu Koikawa juga tentang waktu kumpulnya."


"Oke!"


Setelah telepon berakhir, aku merebahkan diri di tempat tidur sambil menatap langit-langit.


Aku... kenapa aku bisa merasa seperti ini ya.


Memang sih, bagi Sakurazaki, punya teman baru seperti Koikawa pasti membuatnya senang.


Dia selalu khawatir karena tidak punya teman di sekolah tinggi, apalagi teman seprofesi selain dari Nanamizawa.


Pasti dia sangat senang sampai terbang ke awan.

Aku tahu itu... tapi.


Aku mengingat kembali isi percakapan telepon setelah pergi ke Yanaka Ginza.


"Himahara-kun! Kali ini aku ingin jalan-jalan makan di Kamakura!"


"Eh... Kamakura itu jauh, kalau hanya ingin jalan-jalan makan, Yanaka sudah cukup, bukan?"


"Gapapa dong! Aku ingin pergi ke Kamakura bersama Himahara-kun!"


"Bersamaku..."


"Janji ya! Liburan berikutnya, kita berdua pergi kecil-kecilan ke Kamakura!"


Itu kata-kata dari Sakurazaki.


"...Ya sudah, aku tidur saja."



∆∆∆



― Hari di Kamakura.


"Maaf menunggu, Himahara-kun"


Saat aku menunggu mereka berdua di depan stasiun Kamakura, Sakurazaki dan Koikawa keluar dari pintu masuk bersama-sama.


Seperti biasa, Sakurazaki yang memakai kacamata bingkai merah terlihat menggemaskan dengan blus putih bergaya frill dan overall navy, sambil menurunkan kepangan panjangnya di kedua bahu.


Di sisi lain, Koikawa memakai atasan tanpa lengan warna abu-abu dengan rok bermotif kotak-kotak, dan mengenakan kemeja putih tipis untuk melindungi dari sinar matahari.


Sesuai dengan Sakurazaki, meski sebelumnya saat pergi ke Yokohama Koikawa berkata tidak perlu menyamar, hari ini dia memakai kacamata hitam untuk menghindari dikenali.


"Katanya nggak perlu menyamar?"


Saat aku berbisik itu di telinga Koikawa, dia mengeluarkan decitan kecil dan menatapku dengan mata menyipit.


"Kalau Nako-chan sudah menyamar, rasanya kalah dong kalau aku, sebagai idol yang sama, nggak menyamar di kota asal. Apa masalahnya? Ada masalah?"


"Jangan marah dong."


"Hmph. Kamu itu ternyata bisa juga ngomong yang nyakitin ya?"


Koikawa sepertinya cukup menyadari tentang Sakurazaki.


"Kalian lagi ngomongin apa sih?"


Sakurazaki yang berjalan di depan menoleh dan bertanya.


"Kami lagi ngomongin kalau baju Nako-chan itu lucu. Bahkan Himahara-san juga bilang itu sesuai banget sama selera dia."


"Aku nggak bilang begitu."


"Ehehee, benarkah? Himahara-kun bisa saja langsung bilang ke aku kok~, tsundere banget sih~"


"Ugh..."


Kenapa hanya aku yang jadi begini... 


Aku merasa wajahku memerah, dan Koikawa berbisik "Ini balasan tadi♡" sambil tersenyum licik.


Kalau aku mengejek, dia akan membalas dengan kekuatan beberapa kali lipat.


Koinawa memang lawan yang tangguh...


"Jadi, hari ini kita mau ngapain di Kamakura? Ngehabisin waktu luang? Apa itu secara spesifik?"


"Jadi begini, kita akan melihat-lihat tempat wisata, makan-makan bersama, jalan-jalan santai..."


"Itu namanya kencan, kan?"


"Bukan, bukan kencan tapi menghabiskan waktu luang! Kan, Himahara-kun?"


"O...oke"


Koikawa tampak tidak puas dan miringkan kepalanya, tapi dia mendekatkan wajahnya ke telingaku dan berkata,


"Pasti Nako-chan merasa malu kalau harus bilang main sama Kou-kun itu kencan."


"Malu? Kenapa?"


"Haah. Kamu itu benar-benar tidak peka kalau sudah menyangkut Nako-chan ya."


Apakah Sakurazaki bersikeras menyebutnya "menghabiskan waktu" karena merasa malu mengatakan itu kencan?


"Wahh!"


Begitu memasuki jalan kecil di depan stasiun, mata Sakura-saki langsung berbinar.


Di jalan kecil itu, ada banyak toko makanan manis yang tampaknya disukai oleh perempuan dan kuliner yang cocok untuk dimakan sambil berjalan.


"Sakurazaki! Aku pengen makan es krim!"


"Oke, oke."


Ditarik tangan oleh Sakurazaki, kami pertama kali menuju toko es krim.


"Sakurazaki mau rasa vanila?"


"Un! Kou-kun pasti pilih rasa matcha, kan?"


"Ya begitulah. Koikawa mau apa?"


"............"


"Koikawa?"


Koikawa terlihat bingung dan menatap kami.


"Kalian berdua... seperti kakak adik ya. Kou-kun kayak kakak, dan Nako-chan kayak adik."


Begitu dia mulai bicara...


Aku dan Sakurazaki seperti kakak adik, itu pasti terlalu dipaksakan.


"Ng, nggak gitu kok!"


Sakurazaki menyangkal dengan tegas.


Itu dia. Katakan padanya, Sakurazaki.


"Aku ini kakaknya lho!"


"Bukan begitu maksudnya!"


"Eh? Tapi Kou-kun itu manja, kan?"


"Mana ada! Sudah berapa kali aku memanjakan kamu, lupa?"


"Fufu. Kalian itu teman baik ya."


Koikawa tersenyum saat berkata, tapi ada sesuatu yang tidak menentu di balik matanya.


Semoga dia tidak memikirkan hal aneh...


"Untuk es krim, aku mungkin akan pilih rasa cokelat. Kou-kun, mau coba?"


"Boleh juga."


"Ah, jangan sungkan."


"Kou-kun! Ini, vanilaku juga ada lho!"


Mereka berdua menawarkan es krim cokelat dan vanila ke arahku.


"Eh, sabar, aku ini..."


"Mana yang mau kamu makan? (Mau coba yang mana?)"


"Eh, eh......?"


"Cepat sebelum leleh loh?"


"Kou-kun, cepat!"


"Ah, sudahlah. Kalau begitu... ya, satu gigitan masing-masing."


Aku mengambil sendok plastik yang menempel pada es krimku dan pertama-tama mencoba vanilla milik Sakura-saki. Meskipun aku hanya makan es krim, mereka berdua menatapku dengan serius. Apa ini suasana yang aneh...


"Enak?" Tanya Sakurazaki dengan sedikit cemas, dan ketika aku mengangguk, dia tersenyum lebar dan mulai makan es krimnya dengan senang.


"Sekarang giliranmu mencoba ini," dorong Koikawa, dan aku mencicipi es krim coklatnya. "Mencicipi milik Nako-chan dulu lalu milikku, kamu terlalu serakah, ya?" 


"Cara bicaramu itu! Lagipula, kamu yang menyuruhku makan ini."


"Aku tidak memaksa. Sebenarnya, cukup dengan es krim Nako-chan saja sudah baik, tapi kamu juga makan milikku... Kamu ini baik sekali, ya?"


"Ehehe, kan?" 


"Kenapa kamu malu-malu, Sakurazaki?"


Sakurazaki, sambil malu-malu, berencana memesan es krim lagi... Tunggu dulu!


"Tunggu! Jangan sembarangan pesan lagi."


"Boleh dong, setelah melihat es krim matcha milikmu, aku jadi pengen."


"Kalau begitu, aku bagi milikku, jadi sabar saja."


"Mmm..."


Meskipun Sakura-saki tampak kecewa sambil pipinya mengembang, dia makan es krim matcha milikku dengan sendok dan langsung kembali terlihat bahagia hanya dengan satu suap.


Dia ini gampang sekali...


"Nako-chan... Kamu ini mudah sekali ya."


Ternyata Koikawa juga berpikir hal yang sama.


"Bukan, bukan mudah dimanfaatkan!"


Sakurazaki menyangkal sambil mengambil suapan lain dari es krim matcha milikku.


Ya ampun...


Sama seperti di Yanaka, begitu Sakurazaki mulai makan sambil jalan, dia tidak bisa berhenti.


"Yuk, lanjut ke spesialitas Kamakura Yaki selanjutnya!"


Manju.


"Kamu, kamu! Ada dango isi pasta kacang sakura juga! Kelihatannya enak~"


Dango.


"Mereka juga menjual taiyaki secara live!"


Taiyaki.


"Oh, ada juga es krim zunda!"


Zunda shake.


"Pengen makan bakpao daging!"


Bakpao daging. Dengan kecepatan makan segala yang masuk ke pandangan, Sakura-saki terus berkeliling makan. 


"Na, Nako-chan... kamu yakin baik-baik saja makan sebanyak itu?" 


Koikawa, yang khawatir, mendapat anggukan dari Sakura-saki sambil dia makan bakpao dagingnya. 


Bahkan Koikawa yang biasanya tenang, sepertinya sedikit terkejut dengan kebiasaan Sakura-saki yang terus menerus makan. 


"Eh, Himahara-kun juga ikut-ikutan makan banyak loh." 


"Sakurazaki selalu begini sih, aku sudah terbiasa." 


"Terbiasa... kalian berdua bisa jadi gemuk loh?" 


"Miyu-chan juga, jangan menahan diri, makan saja banyak hari ini." 


"Jangan tarik aku ke jalan hidup gemuk!" 


"Ah, jangan pura-pura kuat deh. Nah, aku kasih setengah bakpao dagingku." 


Sakurazaki dengan alami mencoba menarik Koikawa ke pihaknya. 


"Eh, tapi aku..." 


"Sudahlah, sudahlah~" 


Koikawa memang orangnya cukup perhatian soal makanan. Mungkin aku harus menolongnya. 


"Na, nah, Sakurazaki. Koikawa itu..." 


"Tidak apa-apa, Himahara-kun." 


"Hah?" 


Koikawa menghentikanku dengan satu tangan dan menerima bakpao daging dari Sakura-saki. 


"Kalau sudah begini, aku tidak akan kalah makan dengan Nako-chan!" 


"Itu... kamu yang ingin makan saja kan?" 


"Aku hanya tidak ingin kalah!" 


Koikawa, yang kalah oleh godaan Sakurazaki, akhirnya ikut menikmati makan-makan bersama, tidak mau kalah dengan Sakurazaki. Mungkin senin depan, kotak makan siangnya akan lagi-lagi berisi minuman jelly.


∆∆∆


Ketika aku menikmati jalan-jalan sambil makan di Komachi Street, Kanbara-kun tersenyum kecil. "Himahara-kun? Ada apa?" 


"Ah, tidak. Sakurazaki selalu seperti biasa saja."


Himahara-kun berkata sambil menatapku yang sedang makan bakpao daging. 


Seperti biasa... apakah itu berarti "biasanya cantik"? 


Himahara-kun itu orangnya tsundere sih, pasti itu maksudnya kan? Hari ini aku benar-benar semangat karena rambutku dikepang oleh ibu dan aku memakai pakaian favoritku, jadi aku benar-benar senang. 


Aku ingin dia memuji aku lebih banyak lagi... 


"Koikawa, kamu tidak perlu berpura-pura kuat. Tidak apa-apa kalau tidak bisa makan banyak." 


"Aku, aku tidak berpura-pura kok."


Sejak aku bertemu dengan Himahara-kun di Kamakura, aku merasa bahwa dia dan Miyu-chan terlihat sangat akrab. 


Miyu-chan bilang mereka jadi sering ngobrol setelah dia meminjam payung dari Himahara-kun... tapi entah kenapa, mereka terlihat terlalu dekat. Ada perasaan... yang membuatku tidak nyaman. 


Apa ini perasaan yang sama ketika aku merasa iri pada Shiho-chan waktu itu...? Jalan-jalan dan makan-makan di Kamakura itu menyenangkan dan enak. Tapi kenapa ya... ada rasa tidak nyaman yang mengambang di hatiku.


"Himahara-san, kenapa sih kamu bisa makan banyak tapi tidak gemuk?"


"Eh, jangan marah-marah ke aku dong."


Mungkin karena ini pertama kalinya aku melihat Himahara-kun ngobrol alami dengan cewek lain selain aku dan Shiho-chan.


"Hei, Himahara-kun!"


Dengan berani, aku menarik tangan Himahara-kun ke arahku.


"Apaan, Sakurazaki?"


"Aku pengen makan gelato selanjutnya!"


"Padahal baru aja makan es krim."


"Hari ini panas, jadi es krim bisa dimakan banyak-banyak!"


Sambil bersikeras seperti itu, aku tidak melepaskan tangan Himahara-kun.


"Sakurazaki...?"


Aku tahu ini terlalu manja. Tapi aku... aku tidak mau kalau Himahara-kun tidak memanjakan aku sendiri.


Saat aku menjadi keras kepala, Miyu-chan mendekatkan wajahnya ke telingaku.


"Nako-chan... kamu sudah mulai punya pandangan yang bagus, ya?"


"Hah? Apa maksudmu?!"


Miyu-chan itu anak yang aneh. Sepertinya dia tahu segalanya tentangku...


∆∆∆



Setelah menikmati jalan-jalan di Komachi Street, kami berziarah ke Tsurugaoka Hachimangu.


Di depan torii besar yang berdiri di persimpangan jalan, kami memberi hormat sebelum masuk, lalu berjalan di jalan panjang lurus menuju honden (kuil utama) yang berada di dataran tinggi.


"Nako-chan, kamu makan banyak ya?"


"Iya! Aku harus makan banyak biar tidak lemas."


Ada perbedaan besar antara tingkat energi dua idol yang berjalan di depan. Sakurazaki yang tetap langsing meskipun makan banyak, dan Koikawa yang tampaknya terus menerus memperhatikan perutnya.

Sakura-saki tampak santai, sementara Koikawa terlihat menyesal.


"Maaf ya, Koikawa."


"Jangan kasihanin aku dong. Jadi kayak aku makan banyak terus ngerasa bersalah."


"Tapi kamu memang kelihatan begitu."


Saat aku mendekat, Sakurazaki menarik bajuku seolah memberi tanda.


"Apakah ada manfaat khusus di Kuil Tsuruoka Hachimangu?"


"Hmm, banyak manfaat yang berkaitan dengan cerita tentang Minamoto no Yoritomo... seperti keberuntungan dalam pertandingan, kesuksesan dalam karier, dan juga keberuntungan dalam cinta."


"Ci, cinta...!"


Saat mendengar tentang keberuntungan cinta, Sakura Saki bereaksi kuat.


"Eh, Nako-chan, kira-kira kamu punya seseorang yang spesial?"


"B, bukan itu..."


Sampai sekarang, Koikawa terlihat cemas, tapi begitu dia menyadari kesempatan untuk menggoda Sakurazaki, dia langsung bersemangat dan bertanya padanya.


"Tidak ada...!"


"Benarkah?"


"Bagaimana dengan Miyu-chan? Kamu sendiri punya seseorang yang kamu suka?"


Tiba-tiba pembicaraan antar gadis dimulai, jadi aku memutuskan untuk berpura-pura tidak mendengar...


"Aku punya, lho."


Koikawa menatapku sambil berkata.


"Tapi aku tidak akan bilang itu siapa. Orangnya sangat baik, sangat pintar... dan agak tsundere."


"Heh, jadi kamu punya seseorang yang kamu suka, ya..."


"Kamu juga sebenarnya punya, kan, Nako-chan?"


"......I, iya."


"Iya" itu... Sakurazaki juga, seperti gadis seusianya, benar-benar menjalani kisah cinta...


Karena selalu bersamanya, aku jadi penasaran, seperti apa orang yang dia sukai.


Dunia hiburan dipenuhi dengan aktor tampan dan idola seperti bintang di langit, tidak aneh jika Sakurazaki 

menjalin hubungan dengan salah satu dari mereka...


Mungkin berkolaborasi dengan idola pria atau aktor muda tampan dalam pekerjaan juga sering terjadi... 

pasti itu yang terjadi.


"Orang yang aku suka selalu ada di sisiku, selalu mendukungku sebagai yang pertama, dan selalu memikirkanku dengan penuh kepedulian... itu sebabnya."


Selalu mendukung sebagai yang pertama dan memikirkannya dengan penuh kepedulian... mungkinkah, manajernya?


Tapi sebelumnya Sakurazaki sendiri bilang kalau manajernya perempuan... kalau begitu, mungkin orang lain.


...E, eh, kenapa aku jadi begitu penasaran dengan orang yang Sakurazaki sukai...!


"Hmm. Semoga kedua cinta kita berjalan dengan baik, ya?"


"I, iya!"


Kedua gadis itu tampaknya telah menemukan persahabatan khas wanita.


Cinta yang berbuah... ya.


Salah satunya terus menatapku...


"Aku tidak pernah bilang kalau orang yang aku sukai itu Himahara-kun, lho?"


"Jadi jangan asal membaca pikiran orang... Aku sudah berpikir tentang ini saat di kantin, tapi bagaimana caranya kamu bisa membaca pikiranku?"


"Bisa dilihat dari wajahmu. Dan juga dari bau."


"Ah! Kalian berdua, ngapain berbisik-bisik?"


Saat aku dan Koikawa berbicara dengan suara rendah, Sakurazaki marah dan memotong pembicaraan kami.


"...Karena Koikawa bilang dia bisa tahu apa yang aku pikirkan."


"Pikiran Himahara-kun? Kalau itu, aku juga bisa tahu, lho!"


"Sakurazaki bisa?"


"Mmmmm... kamu lapar, kan?"


"Itu kamu, kan? Kamu sudah lapar lagi?"


"Hehehe."


"Yah, tidak apa-apa. Setelah selesai berdoa, ayo mampir ke kafe terdekat."


Ketika aku mengusulkan itu, Sakurazaki bersorak sambil mengangkat kedua tangannya.


Sementara itu, Koikawa menatap kami dengan wajah yang tegang.


"Eh, ma, masih akan makan lagi...?"


Koikawa terlihat terkejut sambil memegang perutnya.

(Pfn: Pasti kena mental)


∆∆∆



Setelah selesai berdoa di kuil, kami memutuskan untuk mampir ke kafe terdekat sesuai permintaan Sakurazaki, dan membicarakan rute selanjutnya. Kafe dengan kursi dan wallpaper berwarna putih yang chic. 


Sakurazaki dan Koikawa duduk bersebelahan di kursi bagian dalam, dan aku duduk di kursi di sisi yang berlawanan.


"Bagaimana kalau kita naik Kereta Enoden dan pergi ke arah Yuigahama selanjutnya?"


Aku menyampaikan rencana selanjutnya, tapi,


"Aku pesan ice tea. Nako-chan mau pesan apa?"


"Aku mau ice cafe latte dan cheesecake."


"Kalian ini..."


Kedua orang itu lebih tertarik pada menu daripada mendengarkan apa yang aku katakan. Setelah 

memesan, Sakurazaki berdiri dari tempat duduknya.


"Aku mau ke toilet sebentar."


"Oke."


Sakurazaki meninggalkan tempat duduk, dan aku tersisa bersama Koikawa dalam diam. Karena kami bertiga terus bersama sebelumnya, tiba-tiba menjadi berdua membuat suasana agak canggung. Terutama dengan Koikawa, aku sama sekali tidak bisa membaca apa yang dia pikirkan.


"Um,"

Ketika aku diam, Koikawa yang mulai berbicara.


"Sepertinya benar ya, kamu dan Nako-chan tidak berkencan?"


"Kamu kira aku bohong?"


"Tidak. Jika kamu bohong, itu lebih menguntungkan buatku."


Koikawa minum air untuk melembabkan tenggorokannya setelah berkata begitu. 


Menguntungkan... Pasti dia hanya mencoba membuatku bingung dengan berkata-kata ambigu.


"Ngomong-ngomong, kamu kenal Nako-chan sudah berapa lama?"


"Sekitar empat bulan."


"Hee... Sudah berapa kali kalian pergi kencan?"


"Dengar, apa untungnya kamu tahu itu? Punya hobi yang buruk deh."


"Aku tidak bertanya karena masalah untung rugi. Hanya saja, saat kita pertama kali berbicara, kamu tidak menunjukkan ketertarikan padaku, kan? Aku pikir mungkin karena pengaruh Nako-chan."


"Pengaruh Sakurazaki...?"


"Karena kamu sibuk memikirkan Nako-chan, jadi kamu tidak tertarik pada aku yang imut ini."


"Kamu terlalu percaya diri dengan penampilanmu."


"Tapi sebenarnya aku ini imut kan? Dan punya gaya yang bagus juga."


Koikawa dengan sengaja melirik ke atas sambil menyusuri bagian dada dirinya dengan jarinya. 


Walaupun lewat pakaian, bisa dibilang elastisitasnya... apa yang lagi aku bicarakan sih.


"Kau terlalu memperhatikan, Kou-kun."


"Aku tidak melihat."


"Heheh. Kalau kamu begitu tertarik, nanti setelah ini—"


"Setelah ini mau ngapain?"


"‘‘?!"'


Sakurazaki yang membawa handuk tangan berwarna pink muda kembali ke tempat duduk.


"Selamat datang kembali, Nako-chan."


Dia langsung beralih ke mode pura-pura manis begitu saja.


"Hey hey! Kita mau ngapain setelah ini?"


"Itu... kami tadi ngomongin rencana pergi ke Yuigahama."


"Yuigahama... jadi kita pergi ke pantai?!"


"Sudah bulan September sih, cuma ke tepi pantainya aja."


Sakurazaki duduk sambil tersenyum lebar di sebelah Koikawa.


"Aku tuh, selalu pengen pergi ke pantai sama teman-teman. Soalnya aku selalu gak punya teman, jadi aku berharap bisa punya banyak teman di SMA dan pergi bareng mereka."


"Eh...?"


Koikawa terlihat bingung.


"Mo, mo~ leluconmu itu keras banget, Nako-chan."


"Lelucon? Aku gak bilang apa-apa yang lelucon kok."


"Eh, tapi kamu bilang Nako-chan gak punya teman... itu bohong, kan?"

Aku juga sempat berpikir hal yang sama saat pertama kali bertemu Sakurazaki.


"Miya-chan, kamu mengatakan hal yang sama seperti Himahara-kun."


Sakurazaki tersenyum pahit sambil berbisik ke arahku.


Ya, siapa pun akan terkejut jika mereka tahu realita dari idol populer Sakurazaki Nako.


"Aku merasa lebih bahagia sekarang, bisa berteman dengan Shino-chan, Himahara-kun, dan juga Miya-chan, daripada memiliki banyak teman."


Aura baik Sakurazaki yang seperti malaikat itu seolah-olah membersihkan sisi gelap Koikawa.


"Koikawa, kamu juga harusnya lebih jujur kayak gini."


"Diam kamu, Kou... eh, Himahara-san, diam saja."


Aku mendapat tatapan tajam dari Koikawa karena bicara lebih dari yang seharusnya.


Saat itu, sepertinya mode pura-pura dan sisi gelapnya bercampur aduk.


"Himahara-san juga seharusnya lebih jujur, gimana kalau itu? Kan, Nako-chan?"


"Eh? Aku sih merasa Himahara-kun yang tsundere juga cukup menarik, sih."


Koikawa, yang ingin mendapat dukungan, cemberut sambil memainkan bungkus sedotan kertasnya.


"Kasihan deh Koikawa."


"Nanti di Yuigahama aku kubur ya?"


"Mi, Miya-chan? Kok tiba-tiba ngomong hal yang menakutkan sih?"


"Tenang saja, Nako-chan. Maksudku, kita bisa membuat istana pasir bersama-sama♡"

Usaha mengelabuinya itu terlalu dipaksakan, bukan?



∆∆∆



 Mulai siang, aku jalan-jalan sambil makan di Komachi Street, berziarah ke Kuil Tsurugaoka Hachimangu, lalu beristirahat di kafe untuk mengisi perut yang sudah mulai lapar karena melihat bunga sakura, dan akhirnya menuju ke pantai Yuigahama.


"Kita bisa lihat laut dari sini! Ini laut, lho, Himahara-kun!"


"Kamu terlalu bersemangat."


"Ya iyalah, ini pertama kalinya aku ke laut sejak pemotretan gravure waktu itu!"


Ketika kami menyeberangi persimpangan jalan yang ada di depan pantai Yuigahama, Sakurazaki dengan semangat menunjuk ke arah laut dan berjalan menuju pantai.


Aku dan Koikawa merasa seperti orang tua, mengikuti Sakurazaki yang bersemangat.


Gravure itu... yang diberikan Sakurazaki dulu, kan?

Rasanya Sakurazaki di foto itu juga terlihat sangat bersemangat seperti sekarang...


"Himahara-kun, foto dong!"


"Ya, ya."


Aku mengeluarkan ponsel dari saku dan mengarahkan kamera ke Sakurazaki yang berjalan di pantai.


"Miyu-chan, kamu juga ikutan foto yuk!"


"Aku juga?"


Ditarik oleh Sakurazaki, Koikawa bergerak ke arah laut.


Dengan laut Yuigahama yang memantulkan sinar matahari sebagai latar, Koikawa dan Sakurazaki berdiri berdampingan.


"Kita buat simbol hati dengan tangan yuk?"


"Ah, malu ah, Nako-chan."


Dua shot antara idol SMA aktif Sakurazaki Nako dan idol lokal Koikawa Miyu.


Bagi penggemar idol, mungkin ini adalah foto yang sangat mereka dambakan.


Setelah memotret, Sakurazaki menemukan miniatur schnauzer yang sedang berjalan-jalan di pantai, dan segera mendekati pemiliknya untuk meminta izin menyentuhnya.


Lagi-lagi, aku dan Koikawa seperti orang tua, mengawasi Sakurazaki yang bermain dengan anjing dari kejauhan.


"Ngomong-ngomong, Kou-kun. Nanti kalau pulang, kamu mau ngapain dengan foto tadi?"


"Foto kalian berdua itu? Aku nggak akan ngapain-ngapain kok, aku akan kirim ke Sakurazaki lalu hapus."


"Bohong. Pasti kamu simpan di folder khusus Nako-chan."


"Nggak kok."


"Benarkah, heh?"


Koikawa langsung meraih ponsel di tangan aku dan membuka aplikasi foto.


"Hey! Jangan sembarangan lihat."


"…Ada. Nama foldernya 'Sakurazaki'."


Dengan senyum tipis, Koikawa membuka folder itu.


"Salah, itu isinya…"


"Hm?"


Folder foto "Sakurazaki" milik aku ternyata berisi foto-foto tempat hangout dan makanan yang pernah aku kunjungi bersama Sakurazaki.


Seolah kecewa, Koikawa menghela nafas dan mengembalikan ponselku.


"…Ini bukan skenario yang aku inginkan. Harusnya kamu simpan foto-foto Nako-chan di sana dong."


"Siapa peduli."


"Kou-kun, ternyata kamu bukan fans berat Nako-chan ya?"


"Apa itu fans berat?"


"Kamu nggak tahu istilah itu… huh."


Koikawa hanya bisa menggelengkan kepala sambil memandang jauh ke arah Sakurazaki yang sedang bermain dengan anjing saat berjalan-jalan.


"Kamu bukan penggemar idol tapi, tiap hari kencan melulu sama idol populer Sakurazaki Nako. Suatu hari kamu bakal dapat balasan loh?"


"…Aku juga bukan tanpa pikiran, hanya asal bersama Sakurazaki. Aku tahu suatu saat kalau terbongkar… semuanya bakal berakhir."


Melihat senyum Sakurazaki, entah kenapa aku juga ingin dia tersenyum lagi.


Mungkin karena itu, aku selalu menerima apa pun permintaannya.


Tapi… jika hubungan aku, orang biasa ini dengan idol Sakurazaki Nako diketahui publik, saat itulah akhir dari waktu luang kami.


Kami sedang berbicara, dan Sakurazaki yang baru saja berpisah dengan anjing itu kembali.


"Himahara-kun, yuk ke pet shop lain kali!"


"Cuma karena anjing tadi lucu, kamu jadi impulsif banget. Tidak bisa. Memelihara anjing itu tanggung jawab besar loh."


"Hanya mau lihat-lihat kok!"


"Hehe, kalian berdua seperti saudara ya?"


"Mana ada."


"Tangkap!"


"Tiba-tiba apa sih, Sakurazaki?"


"Himahara-kun jahat deh, kejar-kejaran mulai!"


"Kita kan udah SMA, nggak mungkin lah mainan anak-anak gitu."


"Himahara-saaan, cepat dong—"


"Kamu juga ikutan?"


Di Yuigahama yang sudah sepi karena musimnya berakhir, aku terpaksa main kejar-kejaran dengan dua idol….


"Hah…"


∆∆∆



Setelah meninggalkan Yuigahama yang mulai gelap, kami naik kereta untuk pulang.


Sakurazaki yang sepanjang hari ceria, terayun-ayun oleh kereta dan tanpa sadar tertidur.


Segera akan tiba di stasiun tempat Sakurazaki turun…


Koikawa sepertinya akan turun di stasiun sebelumnya, dan saat stasiun semakin dekat, dia mulai berbicara dengan suara kecil kepadaku.


"Hari ini aku benar-benar menikmati waktu luang yang biasanya kalian lakukan. Kali berikutnya… ayo kita berdua lagi ya?"


Sudah kuduga dia akan berkata begitu.


Setelah turun dari kereta, Koikawa melambaikan tangan ke arahku dan meninggalkan wink sebelum pergi.


"Nah, sekarang… harus bagaimana dengan Sakurazaki ya?"


Stasiun turunku masih jauh, dan Sakurazaki, yang aku coba bangunkan berkali-kali, hanya memberikan jawaban yang tidak jelas sambil terus mengantuk, jadi aku mulai khawatir.


"Bangun, Sakurazaki, kita harus turun di stasiun selanjutnya."


"Hmm? Himahara-kun?"


"Hei, kamu baik-baik saja nggak?"


"…Ehehe, suki~"

(Pfn: Suki itu artinya suka yak)


Sakurazaki, dengan matanya yang setengah tertutup, menggumamkan sesuatu yang tidak jelas.


Ini nggak akan berjalan baik.


Aku nggak bisa membiarkannya pulang sendirian dalam keadaan seperti ini, jadi aku memutuskan untuk membawanya turun di stasiun selanjutnya dan mengantarnya sampai ke rumah Sakurazaki.


Saat kami jalan sedikit dari stasiun, Sakurazaki tiba-tiba menarik tanganku dengan kuat.


"Gendong… tidak boleh?"


"Hah?! Eh, itu pasti akan menarik perhatian orang."


"Himahara-kun, gendong!"


Sakurazaki jadi anak kecil banget ya kalau lagi setengah tidur…


Karena aku nggak mau dia membuat keributan di depan stasiun, akhirnya aku menggendong Sakurazaki di punggung dan mulai berjalan ke arah rumahnya.


Rasanya lembut di punggungku saat Sakurazaki bersandar, dan aku bisa mendengar nafasnya yang lembut.


Di Kamakura, Koikawa sempat bilang kami seperti kakak adik… mungkin itu nggak sepenuhnya salah.


Kalau aku punya adik perempuan, mungkin rasanya akan seperti ini.


Kalau saja ayah dan ibuku tidak meninggal saat aku berusia tiga tahun, mungkin aku akan memiliki adik atau kakak…


"Himahara-kun…"


"Hm?"


"…Ehehe. Elus lagi dong?"


Sepertinya aku muncul di dalam mimpi dia.


Semoga bukan mimpi yang aneh.


"Jari-jarimu Himahara-kun, manis dan enak ya?"

Apa-apaan mimpi itu!


Aku jadi penasaran dengan mimpi Sakurazaki sambil terus berjalan, dan akhirnya rumah Sakurazaki terlihat.


"…Tetap aja, rumahnya luas banget setiap kali aku lihat."



Sesampainya di kediaman Sakurazaki yang bergaya arsitektur Jepang dan terletak di kawasan perumahan mewah, aku menggendong Sakurazaki sampai ke depan gerbang.


"Karena masih tidur... mungkin lebih baik aku memanggil ibunya lewat interkom ya."


Saat aku menekan tombol panggilan interkom, muncul bayangan besar dari pintu depan yang tak kusangka-sangka... ini pasti orangnya.


"...Kamu yang mengantarkan Nako ya?"


"Uh... iya."


Pasti itu ayahnya Sakurazaki.


Previous Chapter | ToC  | Next Chapter


Post a Comment

Post a Comment